Budaya / SeniPuisi

Fourtina, Aku Mencintaimu Hari Ini

Aku Mencintamu untuk Selamanya. (Ilustras: The True Love by Elena Kotliarker, Original Painting, Fine Art America - Foto: nusantaranews.co)
Aku Mencintamu untuk Selamanya. (Ilustras: The True Love by Elena Kotliarker, Original Painting, Fine Art America – Foto: nusantaranews.co)

Puisi Tan Hamzah*

 

Fourtina

 

Telah lancip hembusan angin di sudut Mataram

Saat kota kita terbelah musim sejarah

Teritorial sepanjang lamunan pagi

Menusuk dalam ke jantung ibu kota,

Selamanya batas jarak mengenal abadi

 

Rel kereta yang mujur

Menuju tempat bangun burung-burung di pangkal timur

Puisi yang sendiri

Sedang merayakan keramahannya pada bekas pesanmu yang sepi

 

Fourtina

Detak hujan kian deras

Haruskah aku ubah kalender yang sengaja melelapkan waktu ini?

 

Saat kota kita terbelah musim sejarah

Telah aku arsipkan

Jejak tanganmu yang hangat itu ke sebuah museum bahasa

Sudah aku nubuatkan

Bahwa engkau adalah penghuni kesunyian

Dalam rumahku yang dirundung peperangan.

 

Yogyakarta, 2018

 

Musim hujan

 

Musim hujan yang kasmaran

Engkau datang membawa payung

bersanding sekeranjang ingatan

sebelum hujan deras dijalanan

bahuku terperas hujan di bawah matamu

“ini musim hujan mas, aku kangen hujan kecilku”

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

 

Yogyakarta, 2018

 

Aku Mencintaimu Hari Ini

 

Aku mencintaimu hari ini

Tanpa Engkau tahu. Sengaja

Aku sembunyikan

Dari ribuan ilalang yang sedang

Berimigran di alismu yang rindang

 

Bukan

Aku cemburu pada burung-burung itu

Mengapa tuhan tidak memberiku sayap saja

Meski patah. Agar

Aku rebah di semak senyummu yang sedang resah

 

Aku mencintaimu hari ini

Sebanyak 3 kali

Jangan tanya lagi tentang rindu itu

Ia telah membabat hutan rimba dalam tubuhku yang buas

Menjelmakan savana panjang tanpa hamparan alas

 

Dan tahukah Engkau, hanya dirimu yang sempat berdiri disana. Sendiri

 

Seumpama Aku mencintaimu lagi

Tanpa Engkau tahu

Tidak akan aku kabarkan pada orang di jalan, semua

Bahkan kalau bisa

Akan kurahasiakan ini dari Tuhan!

 

 

Yogyakarta, 2018

 

Lanskap Subuh

21 September _ 19:00 Aku jatuh lagi, tuhan tidak merencanakan peristiwa itu, semua takdir datang tiba-tiba, sandiwara tanpa replika

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

24 September _ 03:00 Engkau menyatu dengan pagi, kupersilahkan tanganmu mendekap sekali lagi, aku menuntunmu menuju altar pengorbanan.

Ketika matahari tidak memihak pada skenario ini, aku mengutuk segala yang terjadi pada pagi itu. Mengapa aku jatuh lagi, tuhan, kemana hendak Engkau pergi.

Yogyakarta, 2018

 

Tan Hamzah, Mahasiswa Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 3,195