Budaya / SeniCerpen

Merdunya Kumandang Adzan

Ketika adzan berkumandang dari menara Masjidil Aqsa. Foto vis YouTube
Ketika adzan berkumandang dari menara Masjidil Aqsa. Foto vis YouTube

Cerpen: Aprilia Tri Hasnawati

NUSANTARANEWS.CO – Embun pagi sudah menyelimuti suasana gelap ini. Ayam ayam sudah mulai meneriakkan semangat paginya. Sedangkan aku masih terbujurmalas di zona nyamanku. Kumandang adzan seakan berlomba-lomba untuk menyapa umat manusia. Aku pun tertarik dengan merdunya kumandang adzan itu. Lalu aku beranjak dari tempat dimana aku mengalami banyak kejadian di alam mimpiku. Langkah kaki pun terasa berat, hembusan angin melalui celah-celah pun seakan ikut menggodaku. Namun lagi-lagi merdunya membuatku semakin rindu kepada sang pencipta alam semesta ini. Ku putuskan untuk membasuh mukaku dengain air wudhu dan bergegas menuju rumah Allah itu. Ditengah perjalanan aku bertemu sahabat karibku,yaitu Sofie.

“Hai Rein,kamu kok sendirian?”sapa Sofie

“Hai juga Sof, iya nih”jawabku singkat

“Biasanya kan sama Radit,”ujar Sofie

“Tadi pagi dia nggak dateng kerumah,mungkin lagi sibuk nyari rumput buat sarapan hehe.”jawabku sedikit meledek

“Sarapan?kan puasa,mana ada sarapan.”sahut Sofie ikut meledek

Langkah ku bersama Sofie terhenti di depan bangunan megah tempat kami mengadu.Banyak orang yang mengadukan cerita hidupnya di sini. Kalimat-kalimat indah pun terlantunkan oleh para jamaah masjid sebagai bentuk tanda syukur kepada Sang Pencipta.

***

Suasana kali ini sedikit berbeda dengan hari-hari sebelumnya.Entah apa yang membuatku merasakan perbedaan ini.Dibangunan-bangunan ini aku memperoleh banyak hal yang belum aku peroleh dari orang tuaku.Banyak anak berlalu lalang dengan mengenakan seragam yang berbeda.Rupanya mereka adalah calon peserta didik baru di sekolahku.Entah kenapa aku merasa seakan-akan semua pandangan tertuju padaku.Aku khawatir, mereka merasa aneh dengan penampilanku yang berbeda dengan siswa lain.Karena mayoritas siswa disini adalah non muslim.Tetapi hal itu tidak membuatku enggan untuk menuju ruang kelasku.

“Rein kamu kenapa? Kok kaya bingung gitu?”tanya si kambing kumal

“Enggak aku cuma heran aja mbing,masa anak-anak baru itu ngeliatin aku sampe melotot gitu.”jawabku

“Ooh itu.Mugkin mereka heran, kenapa bisa ada ustadzah di sekolah non muslim.”ledek si kambing kumal

“Husst! Apaan sih kamu mbing.Jangan gitu dong, nanti aku doain jadi kumal beneran lho,”sahutku sedikit kesal

“Iya bener kan Rein?coba aja aku pake baju koko,pasti aku juga bakal di pelototin juga kaya kamu.”ujar si kambing kumal

Akhirnya bel masuk pun berbunyi.Itu menandakan kegiatan belajar mengajar akan segera berlangsung.Semua siswa menyimak dengan baik.

Suara bel pun terdengar di seluruh antero sekolah.Semua siswa bergegas pulang menuju rumah mereka masing-masing.Namun tak sedikit pula dari mereka yang masih berada di lingkungan sekolah.Namun tidak denganku dan dua sahabatku, kami memutuskan untuk ke toko buku yang lokasinya sekitar satu meter dari sekolah kami.Ketika kami sedang asyik menemukan makna dari sebuah tulisan,lagi-lagi lantunan merdu yang menjadi favoritku terdengar.Seakan-akan lantuntan merdu itu tidak pernah merasa lelah untuk menyapa kami dan umat manusia lainnya.Tak jarang kumandang itu terabaikan oleh umat manusia,tetapi ia dengan setianya tetap berkumandang tanpa ada rasa kesal dan marah sedikitpun.Akhirnya aku dan dua sahabatku memutuskan untuk menemui seruan Tuhan itu dan melaksanakan perintahNya.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

“Yuk kita ke masjid! Nanti setelah kita sholat kita bisa kembali kesini.”ajakku kepada kedua  sahabaktku

“Yuk! Iya sebaiknya kita mendahulukan Tuhan dari pada hal lain.”ujar Sofie

“Ciee elah, udah kaya ustadzah aja sih kamu Sof,”ledek si kambing kumal

***

Aku adalah salah satu gadis yang harus menempuh pendidikan di tempat yang berbeda keyakinannya denganku.Tetapi itu tidak menjafi penghalang bagiku untuk mencari ilmu.Di sekolah non muslim ini memang terdapat banyak sekali perbedaan di bandingkan dengan sekolah pada umumnya.Perbedaan tidak menjadi penghalang untuk sebuah persahabatan.Aku,Sofie,dan Radit(kambing kumal) memang sudah bersahabat sejak kecil.Di sekolah ini aku bertemu sahabat baru yaitu Angeline.Gadis berdarah Tionghoa itu adalah anak semata wayang salah satu guru di sekolahku.Meskipun berbeda keyakinannya, namun kami saling menghargai kepercayaan masing-masing.

Suatu ketika aku dan tiga sahabatku sedang berjalan-jalan untuk menunggu waktu berbuka puasa.Meskipun Angeline tidak berpuasa ia dengan senang hati mau menemani Aku,Sofie,dan Radit ngabuburit.

“Eh kalian masih kuat kan puasanya?”ujar Angeline

“Paling-paling si kambing kumal udah enggak tahan buat makan rumput.”sahut Sofie

“Eh Sof. Kamu kok jadi ikut-ikutan Reina sih.”gumam Radit

“Loh kok aku, aku aja lagi diem-diem gini kok di bawa-bawa sih.”jawabku

“Udah deh, kebiasaan kalian itu berantem mulu.Kalian kan lagi puasa nggak boleh marah-marah tau.”Angeline menenangkan

Akhirnya sampailah kami di ujung senja,dan kumandang adzan terdengar.Itu menandakan bahwa waktu berbuka puasa telah tiba.

“Guys, aku pulang dulu yah.Selamat berbuka puasa.”Angeline memutuskan untuk pulang

“Loh kok pulang sih? Sini aja dulu kita makan bareng ngel,”Ujarku

“Engga lah Rein, aku pulang aja.Pasti aku udah di tunggu sama mama papa ku.”jawab Angeline

“Ooh gitu, ya udah deh.Tapi beneran gapapa kan ngel?”tanya Radit

“Iya gapapa kok, kalian tenang aja.”sahut Angeline

“Ya udah aku anterin kamu pulang ya ngel?”tanya Radit

“Emang ngga ngrepotin kamu dit?”tanya Angeline

“Apa sih yang engga buat nona Angeline hehe.”ledekku

“Ya engga lah ngel, tenang aja.”jawab Radit

Akhirnya Radit mengantar Angeline pulang menuju rumahnya.

Memang puasa, tarawih, takbiran dan lebaran sudah tidak menjadi hal yang aneh lagi bagi Angeline.Karena beberapa tahun ini Angeline melewati itu semua bersamaku,Sofie,dan juga Radit. Bahkan aku dan tiga sahabatku itu mempunyai cita-cita melanjutkan studi di salah satu universitas yang sama di Yogyakarta.Entah apa yang membuatku sangat tertarik untuk menempuh pendidikan di kota pelajar tersebut.

***

Jam menunjukan pukul 21.00 WIB. Aku yang kala itu sedang duduk manis sembari mengerjakan tugas sekolahku tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Ku lihat dari jendela rimbunan rumput disamping kamarku bergerak-gerak dengan sendirinya. Entah apa yang menyebabkan rimbunan rumput itu bergerak. Namun hal ini cukup membuat jantungku berdebar-debar. Ditambah dengan suara pijakan kaki yang langkah demi langkahnya semakin terdengar dengan jelas. Sekarang suara itu tepat di belakang kamarku.

“Jangan-jangan ada hantu,tapi mana mungkin ada hantu di bulan puasa.”kataku dalam hati

Kemudian aku mendengar suara orang berteriak-teriak. Ku rasa suara teriakkan itu itu tidak hanya dari satu orang saja, tapi seperti beribu-ribu orang. Seketika suasana kampung berubah seperti suasana demo di depan kantor para pejabat. Setelah beberapa saat suara teriakkan itu tiba-tiba menghilang. Suasana malam kembali hening, hanya ditemani suara desiran angin dan suara jangkrik. Mataku yang sudah mengantuk terpaksa aku pejamkan, walau sebenarnya ada beribu-ribu tanya di dalam benakku. Sekitar pukul 03.15 WIB aku bangun dari tidur lelapku. Aku dibangunkan oleh Ibuku untuk sahur bersama Ayah dan Adikku. Ketika sedang berada di meja makan, tiba-tiba Adikku yang berusia 7tahun memulai pembicaraan. Disitulah akhirnya aku mulai menceritakan kejadian aneh semalam. Tapi sayangnya tidak ada yang mempercayaiku. Bahkan Ayah,Ibu,dan Adikku menganggapku sedang berhalusinasi. Karena diantara mereka tak ada yang mendengar sesuatu tadi malam. Akhirnya aku pun memutuskan untuk menceritakannya kepada ketiga sahabatku.Sang surya mulai menampakkan cahaya indahnya.Suaru kicauan burung semakin menambah keindahan suasana pagi. Tubuhku masih merasa enggan untuk bermain dengan air karena cuaca di pagi itu cukup membuatku kedinginan. Namun aku harus segera mandi karena hari ini aku harus bersekolah seperti biasanya.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Tepat pukul 12.00 WIB matahari sedang berada tepat diatas kepala. Siang itu terasa sangat panas sekali, cuaca panas seperti ini membuatku semakin merasa haus dan lapar. Tapi aku harus menahannya karena aku sedang berpuasa. Aku memang berniat untuk meceritakan kejadian semalam, tapi aku ragu untuk menceritakannya kepada sahabatku. Aku takut mereka juga akan bersikap sama seperti Ayah,Ibu, dan Adikku. Tapi aku mencoba membuang jauh-jauh keraguan dan ketakutanku itu. Akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan kepada sahabatku apapun reaksi mereka nanti. Bel pun berbunyi, itu menandakan waktu pulang sekolah telah tiba. Mereka yang sudah lebih dulu keluar kelas sudah mulai jauh dari tempatku berdiri, tepat di depan pintu gerbang sekolahku. Aku memutuskan berlari untuk mengejar mereka.

“Hey tunggu !!!” teriakku dengan nafas yang terengah-engah

“Eh ngapain kamu lari-lari Rein? Kaya lagi ngejar pencopet aja.”ujar Angeline

“Huuh cape banget si ngejar kalian. Lagian kalian kok jahat banget ninggalin aku.”kataku sedikit kesal

“Aku pikir hari ini kamu ada esktra tambahan Rein, jadi kita pulang duluan deh.”Sofie menjelaskan

“Iya bener tuh kata Sofie. Kamu kan sibuk Rein ngurusin ini lah itu lah.”sahut Radit

“Iya sih, tapi hari ini aku libur. Soalnya pembina esktranya lagi ada diklat gitu.”jawabku

“Eh ngomong-ngomong kamu belum jawab pertanyaanku Rein.”ujar Angeline

“Ooh iya sampai kelupaan. Aku lari-lari soalnya ada misi rahasia yang pengin aku ceritain.”jawabku

“Misi rahasia apa sih Rein?”tanya Sofie

“Pokoknya kalo menurut aku sih agak bau-bau mistis gitu”sahutku

“Hah??? Seriusan kamu Rein? Kamu nggak bakal ngajakin kita jadi dukun kan?”tanya Radit

“Eh sembarangan kamu mbing. Enggak kok kalian tenang aja.”jawabku

Akhirnya aku menceritakan hal yang aku alami semalam. Mereka pun pada awalnya sedikit tidak percaya dengan apa yang aku ceritakan, karena hanya aku yang mendengar kejadian itu. Tapi aku tetap berusaha meyakinkan mereka  atas ceritaku ini. Jika mereka tetap tidak mau percaya dengan ceritaku, itu tandanya aku tak akan pernah menemukan titik terang dari hal aneh semalam. Akhirnyapun mereka tetap tidak percaya dengan ceritaku.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

***

Karena begitu seringnya aku menceritakan hal yang sama kepada Angeline,Sofie, dan Radit akhirnya lama kelamaan mereka percaya dengan ceritaku. Entah karena mereka benar benar percaya atau karena mereka sudah bosan mendengarkan cerita yang sama setiap hari. Pada awalnya mereka sedikit enggan membantuku karena mereka berfikir bahwa ini hal yang tidak penting. Tapi dengan sedikit memaksa mereka akhirnya mereka mau untuk membantuku menelusuri hal aneh ini.

“Please guys bantuin aku selesain masalah ini. Apa kalian mau nanti aku mati penasaran gara-gara masalah ini?”tanyaku

“Tapi aku takut kalo ini semua cuma halusinasi kamu Rein.”sahut Angeline

“Engga beneran sumpah aku ngga nglindur, ngga halusinasi apalagi kesambet.”ujarku

“Ya udah apa salahnya nge bantuin sahabat sendiri.”gumam Angeline

“Iya kalo aku si setuju sama Angeline. Aku ngga mau sahabatku yang bentuknya kaya gini punah soalnya ini sahabat limited edition hahaha.”sahut Sofie sedikit mengejekku

“Mereka kan udah setuju nih mbing buat bantuin aku, sekarang tinggal kamu nih. Gimana mbing kamu mau kan bantuin aku?”tanyaku pada Radit

“Hmm iya udah deh”jawab Radit

Disitulah kami mulai menyusun rencana misi rahasia. Rencana sudah tersusun rapi, tinggal menunggu waktu yang tepat. Kala itu ketiga sahabatku main kerumahku. Pada awalnya mereka ke rumahku utnuk menonton film terbaru, tapi diluar rencana hal aneh itu tiba-tiba terulang umtuk kedua kalinya. Aku dan ketiga sahabatku beraksi sesuai dengan yang sudah kami rencanakan tempo hari. Aksinya pun berjalan mulus, semua berjalan sesuai rencana. Akhirnya aku pun mulai menemukan titik terang dari masalah ini. Ternyata setelah melakukan penelusuran hal aneh yang aku alami beberapa hari yang lalu tidak ada kaitannya dengan mistis. Teriakkan misterius itu adalah teriakkan para warga yang mengejar maling yang mencuri kotak amal di masjid. Suara pijakan kaki itu ternyata suara langkah kaki simaling yang berusaha bersembunyi di balik rerimbunan rumput disamping kamarku. Akhirnya setelah kejadian ini aku semakin yakin bahwa Angeline,Sofie, dan Radit adalah sahabat terbaikku. Kenapa? karena mereka selalu siap membantu apapun masalahku.Sebuah perbedaan seharusnya tidak menjadi penghalang untuk sebuah persahabatan. Bahkan tak jarang pula perbedaan itu dijadikan sebagai pelengkap dalam sebuah persahabatan. Aku sih berharap persahabatan ini akan se abadi bunga Edelweis.

TAMAT

Aprilia Tri Hasnawati, kelahiran Purbalingga,10 April 2000. Pelajar SMA N 1 Kejobong. Mukim di Gumiwang Rt03/02. Atau bisa dikunjungi melalui Facebook: Aprilia Tri Hasnawati dan Instagram : @Aprltrhsnwt_16

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 3,175