Fasilitasi Tentara di Afghanistan, AS Kirim 18 Jet Tempur F-16

Jet tempur F-16 Fighting Falcon milik angkatan udara AS (USAF) akan dikirim ke Afghanistan. (Foto: Military.com)

Jet tempur F-16 Fighting Falcon milik angkatan udara AS (USAF) akan dikirim ke Afghanistan. (Foto: Military.com)

NUSANTARANEWS.CO – Keberadaan Taliban di Afghanistan jelas telah menganggu misi geopolitik Amerika Serikat di Timur Tengah, terutama upaya negara Paman Sam untuk terlibat lebih jauh di Laut Kaspia yang memiliki cadangan gas dan minyak bumi di Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Negara-negara ini berada di sekitaran Laut Kaspia.

Belakangan, China mulai datang dan ikut serta masuk ke kawasan Laut Kaspia yang kaya itu. Problem utama dari usaha investasi di bidang pertambangan minyak dan gas – termasuk pengusaha minyak Rockefeller Group – adalah fakta bahwa negara-negara di sekitar Laut Kaspia sebagian sudah menjalin hubungan sosial-ekonomi-politik dengan Rusia dan China.

Baca juga: Peristiwa Teror 9/11 dan Fitnah Besar Bagi Umat Islam Dunia

Kondisi ini sedikit banyak memaksa AS untuk terus mempertegas kekuasaan dan supremasi mereka di Afghanistan sebagai pangkalan utama masuk ke Laut Kaspia.

Di lain pihak, Taliban justru mulai menunjukkan kekuatannya usai hampir 6 tahun bersembunyi di Afghanistan sejak invasi AS pada 2001 silam. Meski perang sangat melelahkan dan menguras anggaran pertahanan AS, tapi Donald Trump menegaskan perang di Afghanistan belum selesai. Kondisi ini diperparah dengan mulai menguatnya serangan Taliban di sejumlah daerah di Afghanistan.

Untuk itu, AS kemudian menggemakan strategi baru di Afghanistan. Selain membujuk Pakistan, AS juga berencana menambah sedikitnya 4000 pasukan lagi ke Afghanistan meskipun masih ada sekitar 12 ribu pasukan bertahan di Kabul. AS juga berencana melibatkan India dan tentaranya, termasuk negara-negara sekutu AS.

Tak hanya tentara, awal September lalu AS berencana mengirimkan pesawat tempur retro Super Tucano sebagai pelengkap pasukan dalam menjalankan misinya di Afghanistan.

Terbaru, angkatan udara AS mengumumkan mereka akan meningkatkan kemampuan tempur tentaranya di Afghanistan terutama kekuatan udara sebagai bagian dari strategi baru dalam perang melawan jaringan teroris di negara Asia Tengah itu.

Letnan Jenderal Jeffrey L. Harrigan, Komandan Pusat Angkatan Udara AS mengatakan bahwa pasukannya akan membawa 18 armada F-16 Fighting Falcons ke Afghanistan. Jeffrey mengatakan, pengerahan jet tempur F-16 ini sudah disepakati oleh staf AU AS di Afghanistan Jenderal John Nicholson sebagai bagian dari strategi baru dan masa depan pasukannya di Kabul.

“Peran pendukung kita terus berlanjut. Ini bagian dari strategi mendatang sebagai cara terbaik untuk menyingkronkan saran dan membantu strategi baru mengoptimalkan penempatan aset udara,” kata Jeffrey dalam sebuah konferensi Udara, Antariksa dan Cyber Angkatan Udara AS.

Jeffrey mengatakan, USAF akan memfokuskan misi di provinsi-proivinsi Afghanistan timur laut. Jadi, tak heran kalau kemudian AS menambah jumlah pasukannya ke Afghanistan karena ini nantinya tentu akan membutuhkan banyak dukungan tenaga kerja.

Pasukan darat AS tidak hanya akan didukung oleh peningkatan kekuatan udara, Jeffrey menambahkan. Dengan lebih banyak militan, ASF akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk mendukung pasukan Afghanistan.

Selain itu, Jeffrey juga mengatakan bahwa pesawat perang tak berawak (drone) akan dioptimalkan untuk memahami musuh dan menekan pergerakan musuh. USAF juga menempatkan KC-10 Extender dan KC-135 Stratotbein, tanker pengisian bahan bakar udara mid-air. Sebelumnya, pesawat pengisian bahan bakar ini telah ditarik pada 2012 silam dan kini kembali dikerahkan.

Sebuah laporan dari militer AS menyebutkan bahwa pada Agustus lalu mereka telah menjatuhkan lebih dari 500 bom di Afghanistan. Jumlah ini tertinggi sejak Agustus 2012 silam. Dan perang AS di Afghanistan akan memasuki tahun ke-16 pada tanggal 7 Oktober mendatang. (ed)

(Editor: Eriec Dieda)

Exit mobile version