NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ekonom senior, Rizal Ramli menyebut revolusi industri 4.0 merupakan mimpi kosong yang dibahas di ruang publik yang tidak mencerdaskan.
“Jadi kalau levelnya ekonomi masih 5 persen, ngomong industri 4.0 itu pada ngimpi doang. Naikkan dulu pertumbuhan ekonomi minimal 7-8 persen sampai 10 persen, baru kita bisa menarik manfaat dari bonus demografi,” kata Rizal Ramli saat menjadi narasumber di sebuah stasiun TV swasta nasional.
RR menjelaskan, dengan kondisi ekonomi yang hanya 5 persen masih belum bisa bagi Indonesia untuk memanfaatkan demokrasi karena tidak adanya pekerjaan.
“Jadi ini mimpi-mimpi kosong yang dibicarakan di ruang publik yang sama sekali tidak cerdas. Kita hanya bisa mengambil manfaat bonus demografi jika rakyat bekerja, dan rakyat bekerja itu jika ekonomi tumbuh di atas 8 persen,” terangnya.
Kedua, manfaat bonus demografi bisa ditarik jika anak-anak muda meningkat dalam produktifitas, kreatifitas dan inovasi.
RR menlanjutkan, penyebab ekonomi hanya mampu mencapai 5 persen karena kebijakan makro ekonomi Indonesia sangat konservatif.
“Yaitu austerity diketatkan. Orang kalau ekonomi lagi mau melambat justru digenjot, dikasi stimulus, baru diuber pajaknya. Kalau kita terbalik. Ekonomi udah melambat, diketatkan dan diuber pajaknya, ya makin nyungsep,” terangnya.
Dia mengaku sudah sejak dua tahun lalu memberitahu Jokowi bahwa sampai 2019 ekonomi Indonesia hanya mampu mencapai 5 persen.
“Artinya, obat yang gagal ini, namanya austerity. Di Amerika gagal puluhan kali, di Yunani gagal tiga kali, makin lama makin miskin. Nah kok kita masih menggunakan obat yang sama,” terang RR.
Obatnya, tambah RR, Indonesia harus melakukan ekspansi moneter dan melakukan ekspansi stimulus.
“Jangan uber pajak dulu, apalagi yang kecil-kecil, biarkan tumbuh dulu nanti baru kita uber pajaknya,” paparnya. (eda)
Editor: Eriec Dieda