Ekonomi

Dorong Ekonomi Rakyat, Guru Besar UI Minta Perusahaan Besar Sisihkan Saham untuk Rakyat

guru besar ui, sri edi swasono, perusahan besar, saham untuk rakyat, nusantaranews
Guru Besar UI (Universitas Indonesia) Sri Edi Swasono mendorong agar perusahaan perusahan besar dalam negeri mensisihkan saham untuk rakyat yang disampaikannya dalam diskusi bertajuk Keruntuhan Reformasi, Penyelewengan Konstitusi dan Pembajakan Kedaulatan Rakyat di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (19/5/2019). (Foto: Romandhon/NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Guru Besar UI (Universitas Indonesia) Sri Edi Swasono mendorong agar perusahaan-perusahan besar dalam negeri mensisihkan saham untuk rakyat. Hal itu sebagai upaya dalam menerapkan ekonomi kerakyatan sebagaimana yang digagas Wakil Presiden RI pertama Moh. Hatta.

Prof Edi menjelaskan, sedari awal konsep ekonomi kerakyatan yang ada dalam demokrasi ekonomi ala Indonesia sasarannya adalah asas kekeluargaan. Koperasi adalah warisan nyata dari ekonomi kerakyatan Indonesia.

“Saya mengajukan doktrin triple (3) CO. Ekonomi rakyat tidak hanya kecil kecil saja. Ekonomi rakyat adalah ekonomi dimana rakyat adalah penguasa ekonomi. Jadi begini ada triple CO. CO pertama itu CO Ownership, CO kedua CO Determination. Dan CO ketiga adalah CO Responsive,” kata Prof Edi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (19/5/2019).

Baca juga: Guru Besar UI Sebut Orang Indonesia Pintar dan Terpelajar Tapi Gampang Dibeli

Artinya apa? Prof Edi, menjelaskan misal dalam sebuah perusahaan, ia bisa menjadi perusahaan besar, hal itu lantaran andil besar rakyat yang membeli produk perusahaan tersebut. Sehingga sebuah perusahaan secara tidak langsung telah berhutang budi dengan para konsumennya (rakyat).

Baca Juga:  Peduli Sesama, Mahasiswa Insuri Ponorogo Bagikan Beras Untuk Warga Desa Ronosentanan

“Jadi you (perusahaan) keluarkan maklumat siapa yang sudah membeli produk, jadi kalau sudah dapat target, you kasih saham,” ujarnya.

“Itu yang namanya Indomie luar biasa besar. Ia maju lantaran kalian makan mie-nya. Jadi Anda (rakyat) berhak ikut membesarkannya. Maka harus ada CO Ownership. You makan Indomie dapat selembar saham,” jelas Prof Edi.

Sehingga, lanjut Prof Edi, rakyat dalam konteks ini bisa berdaulat dan menjadi pemilik ekonomi nasional.

Ojo dipek dewe (jangan dikuasai sendiri). Apalagi, (misal) orang sampai sakit kanker paru-paru karena ngerokok. Pabrik rokoknya bisa gede itu karena minjem bank-nya rakyat ya kan? Sudah gede, dijual lagi sekarang. Rakyat harus mempunyai saham. Tapi ia (rakyat) juga bertanggung jawab perusahaan itu tidak bangkrut. Nah dari Triple CO, ekonomi rakyat terjamin,” kata dia.

Baca juga: Saham Tambang Emas Newmont Sudah Dijual, Duit untuk Rakyat Mana?

Prof Edi menegaskan, bahwa sesungguhnya demokrasi itu ada dua. Yakni Demokrasi Barat dan Demokrasi Indonesia.

Baca Juga:  Loloskan Ekspor Kepiting Berkarapas Kecil, Pengusaha dan Balai Karantina Ikan Diduga Kongkalikong

Demokrasi Barat kata dia, sumber dasarnya adalah individualisme. Sedangkan Demokrasi Indonesia dasarnya adalah asas kebersamaan dan kekeluargaan.

“Nah inilah demokrasi di Indonesia, sedang di barat individualisme-individualisme. Jadi di Barat hanya berlaku demokrasi politik liberte. Nah disitu Bung Hatta mengatakan tidak bisa demokrasi semacam itu. (Demokrasi semacam itu) tidak akan terwujud selama tidak ada demokrasi ekonomi. Karena demokrasi ekonomi itu tidak menghendaki konsentrasi kekayaan,” jelasnya.

Pewarta: Romadhon
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,050