NUSANTARANEWS.CO – Diplomasi Nuklir Iran Menang di DK PBB. Upaya rezim Trump untuk memperpanjang embargo gagal. Pada hari Minggu, 18 Oktober, embargo senjata berakhir, Iran sekarang secara hukum bebas untuk membeli dan menjual senjata konvensional. Resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB yang diadopsi 14 Juli 2015 dan berlaku efektif 16 Januari 2016 kini telah berakhir.
Sebenarnya embargo senjata DK PBB ke Iran tidak ada hubungannya sama sekali dengan perundingan multilateral terhadap penyelesaian masalah program nuklir Iran yang sama-sama diketahui oleh semua pihak sejak awal pembicaraan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia. Dikatakannya bahwa sejak awal DK PBB tidak memberlakukan embargo senjata terhadap Iran pada 2015. Justru Teheran yang secara sukarela melakukan sejumlah pembatasan demi untuk kepentingan mempercepat hasil perundingan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPAO).
Maria juga menegaskan bahwa semua pihak tahu sejak awal embargo senjata tidak ada hubungannya dengan pembahasan situasi di sekitar program nuklir Iran,” terangnya sebagaimana dilansir TASS, Kamis (15/10).
Mesin diplomatik Washington tampaknya kali ini mengalami kegagalan dalam menghadapi anggota DK PBB dalam upaya memperpanjang sanksi tanpa batas terhadap Iran. Bahkan Inggris, Prancis, dan Jerman (E3) sebagai peserta penandatangan JCPOA menolak dengan tegas. Hanya Republik Dominika yang mendukung keinginan AS tersebut.
Menteri Luar Negeri Iran Zarif pada bulan lalu mengatakan bahwa setelah embargo senjata PBB dicabut Iran dapat memenuhi kebutuhannya dengan bantuan negara-negara yang memiliki hubungan kerjasama strategis dengan Iran, misalnya, Rusia dan Cina, katanya.
Selain itu, Zarif juga menegaskan bahwa, Iran bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Bahkan dapat mengekspor senjata. “Jika perlu, kita bisa membeli dari negara-negara ini. Saya ragu sanksi sekunder AS akan menjadi penghalang bagi mereka,” ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan bahwa akan muncul peluang baru kerjasama dengan Iran setelah berakhirnya Resolusi DK PBB 2231 berakhir pada 18 Oktober.
Ryabkov juga menekankan bahwa hubungan Rusia dengan Iran tidak akan terpengaruh dengan sanksi AS yang mencoba mengintimidasi seluruh dunia. “Rusia tidak takut dengan sanksi AS. Kami sudah terbiasa dengan mereka. Ini tidak akan memengaruhi kebijakan kami dengan cara apa pun,” katanya.
“Kerja sama kami dengan Iran memiliki banyak aspek. Kerja sama pertahanan akan berkembang tergantung pada kebutuhan kedua negara dan kemauan bersama,” ditegaskan Ryabkov. (Agus Setiawan)