Budaya / SeniPuisi

Dilarang Yongalah

Puisi Puput Amiranti

DILARANG YONGALAH*

 

Ketaatan ketaatan itu

hanyalah mitos

di kali sampah, kail yang usang

mengorek orek tuju derma ke tepian

telinga, lauk untuk sesantap buka ini

 

kau yang menulis sajak di atas menara

bukan apkiran dari pinggir jembatan, kadang

jam dinding itu lantas berlari, bunyinya dang ding dong jerrr

mengalahkan tanduk bisu musisi jaranan

lantas kesurupan

menyeka ulang kalimatkalimat kamus pinggir jalan

kemanakah kata meditasi itu berlari

 

kau yang tunduk pada persenyawaan

kenyataan kenyataan

mungkin hidup tak jadi segaris tawa

rumus yang dibeli, ejaan yang diberhalalkan

jadi dasi dan lecut kupu

antara bilangan fu yang berjumlah atau

yin dan yang yang kerap berseragam

atau obralan satpol pp di  jejalan

 

karna hati terpasang pada kotak

dan jantung persegi terdiri dari bilik lima atau kawan

lama, atau sekedar persemuaian yang lekat karna kau

tak lebih lihai menghitung angka angka pasir dengan jumlah bla bla bla

laba, atau harian

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

kembali mengukur kolase kolase itu

kalimat pinggiran jalan,

 

serdadu serdadu botol

kardus kardus hapalan

rumus rumus rapalan

 

keyakinan tak ubah seperti bakul

sedang berdiri menutup sekilo potongan paha ayam

dalam ambang fundamentalis dan derau feodalis berbalut

kemiskinan kolonial

 

darahmu sendiri

 

“Iyooongalah…                        alah!”

 

Dieng Blitar,  2016

 

*kata sambat/ berkeluh kesah dalam bahasa jawa Blitaran   

Puput Amiranti, dengan nama lengkap Puput Amiranti Nugrahaningrum. Lahir di Jember, 24 April1982. Lebih banyak menghabiskan waktunya di pedalaman Kabupaten Blitar dengan menjadi guru dan pembina teater di sebuah sekolah di sana.

Alumnus Sastra Inggris Unair ini, karya-karya puisinya sempat dimuat di pelbagai media cetak, online, dan radio, yakni: Surabaya News, Surabaya Post, Surya, Jawa Pos, Media Indonesia, Aksara, Lampung Post, Pikiran Rakyat, Jurnal Perempuan, Majalah Bende (Taman Budaya Jawa Timur), Kidung, Jurnal Sajak Edisi 3, Radar Banjarmasin, Harian Rakyat Sultra, juga menulis geguritan (puisi berbahasa Jawa) dan termuat di majalah Jayabaya dan termuat di antologi Pasewakan (Konggres Sastra Jawa III, 2011). Media online Indonesia-Australia, AIAA News dan dibacakan di radio Indonesia-Jerman, Deutsche-Welle (Januari, 2004). Selengkapnya, Baca: Puput Amiranti.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

________________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 115