TUBUH LAJANG MENYENDIRI
Sayangku yang manis, bacalah sajakku yang penuh dengan rindu
Yang dituliskan dengan terburu-buru dan kadang sengaja dirumitkan kata-katanya.
Aku ingat tubuhku sendiri, menyepi dari hiruk-pikuk yang biasanya menimpa Masa lajang.
Lajang adalah cara terpatut mematuhi aturan tuhan dalam lembar firman.
Puisi jadi kata-kata yang rimbun bila tidak dituliskan dengan rumit
Kenyataannya banyak orang yang memandang remeh sebuah sajak sederhana.
Tetapi pada bibirmu, aku menemukan puisi yang senantiasa baru
Doa yang melayang ke jauh malam, gugup memahamimu
Di tingkap paling rahasia, jejak pelukan jadi sesuatu yang tidak mudah dilupakan
Ada saatnya cinta itu jadi paceklik yang mesti ditertawakan.
2017
DI TUBUHMU
“Di kepalamu, wanitaku, kupu-kupu dapat hinggap seenaknya
Membaca banyak peristiwa yang hancur oleh waktu”
“Di bibirmu, wanitaku, racun dari ciuman bukanlah sebuah tragedi
Melainkan sepatah doa yang mesti kita aminkan”
“Di keningmu, wanitaku, sayap-sayap cahaya membuka tabirnya sendiri
Dan kenangan bukanlah ujung jalan yang mesti bertepi”
“Di matamu, sebuah peristiwa yang kubaca sebagai tragedi
Bukanlah lanskap yang mudah disinggahi”
“Jikalau engkau kembali, sayang
Bawakan aku setangkup detik-detik gugup
Yang dahulu tiba ketika pertemuan baru lima menit”
“Di tebal alismu, wanitaku, senja terbiasa mengapung tubuhnya
Memberi keajaiban bagi siapa yang ingin mencicipi dosa”
“Apalah artinya dosa bila jemarimu yang fasih menyentuh pipiku
Lalu membiarkan sepasang mataku jadi api yang mengerkah tubuhmu
Dengan cara ajaib yang belum terpikirkan: merindukanmu”
Lalu setangkai bunga yang kuberi dengan seutas senyum paling berani
Akan kah menjadi riwayat yang meninggalkan bekas?
Lalu apakah ciuman itu bisa jadi tragedi terciptanya luka, jika wajahmu
Hanyalah hamparan lanskap yang mengurung banyak tanya?
Di tubuhmu aku menemukan jejak sejarah yang tak terlacak
Sejarah terciptanya kenangan yang jadi gema dalam hati
2017
Muhammad Daffa, Lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 25 Februari 1999. Menulis puisi dan cerpen. sejumlah karyanya pernah termuat di sebagian media massa dan antologi bersama. kini tinggal di Banjarbaru. Kumpulan puisi tunggalnya berjudul Talkin (2017)
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (Berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].