Budaya / SeniPuisi

Dengah Hati – Puisi Abdul Wachid B.S.

Menyusun Airmata. Foto: Dok. oohsncoos.com
Menyusun Airmata. Foto: Dok. oohsncoos.com

CINTA MONYET

hutan jati di belakang rumahmu yang
semasa kecilmu melebat

pohon jambu hutan yang
sering kau panjati
ketika kau mengadu lantaran
diwajibkan tidur siang oleh ibumu

lajurlajur rel keretaapi yang
saban datang dan perginya
senantiasa gemuruh

suarasuara musik lesung yang
mengudara di tengah siang yang
jika didengarkan sungguh suarasuara
berpindahpindah dari sudut ke sudut desamu

rontokan daundaun jati yang
terlipat di dalamnya ada kepompong
kamu dan sekawananmu memungutinya
menjadi lauk yang lain yang
lezatnya melebihi rasa udang

sendang lor dan sendang kidul
tempatmu mandi dan sedikit mengintip
bagaimana rupa wanita antara
keindahan dan dosa
hingga kamu merasa matamu memerah
entah menahan apa
mungkin dosa
mungkin serupa surga

serambi masjid tempat tidur bagi lelaki yang
belajar menjadi lelaki yang
kelak menjelma pria dewasa

semua panorama menjadi ingatan yang
tak tertahankan entah sudah berapa puluh
hari raya kau dan kasihmu tidak pernah menempuh
jarak yang jauh

tetapi… tetapi….
wajah kenangan cinta-
monyet itu masih bergelantungan
di bayangbayang pohon jambu
depan rumah

impian pengantin kecil itu
menjadi mimpi yang
pelangi di tengah hidup
menuju senja yang mulai terasa meredup

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

yogyakarta, 15 juli 2014

KUBACA BISA

menerkanerka cuaca
pada wajahmu yang
diam

merekareka makna
pada wajahmu yang
temaram

membukabuka ingatan
pada wajahmu yang
malam

tidak ada bintanggemintang
tidak ada rembulan
cahaya kemana tenggelam
di lautan hatimukah karam?

tidak ada angin
tidak ada hujan
tidak ada ingin
tidak ada hutan

tetapi iblis serupa ular itu
membuat liukan tanda tanya
cahaya di mana tidak tenggelam
di langit hatimukah salam

bisa kubaca
sinar meteor terjatuh
aku masih bersimpuh
kubaca bisa

yogyakarta, 19 juli 2014

AIRMATA

airmata itu bersumber
dari hati lalu mengalir
dari hati ke hati
melewati celah batubatu

melarung dendam
ataukah rindu
mengusung kesumat
ataukah keramat

kelak ketika otak tak
mampu lagi berontak
lantaran tubuh
telah rubuh

airmata itulah yang
akan menjadi saksi
kembalinya ruh
ke dalam tubuh

di tepian muara
di sebuah taman yang
mahaluas batas antara
mataair dan airmata

kau
aku
saling
berkaca

yogyakarta, 19 juli 2014

DENGAN HATI

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

ketika kau berkatakata
dengan dirimu sendiri
apakah ada dua dirimu yang
saling bertanya?

apakah dirimu yang
satu terlahir dari dirimu yang
lain? tetapi siapakah yang
kau sebut diri itu?

ketika kau berkatakata
dengan pikiranmu sendiri
sungguh dirimu tidak ada
seperti ruang tak ada penghuninya

pikiran hanyalah bayangbayang yang
ada karena sinar lampu nyala
tetapi ketika minyaknya habis
apakah bayangbayang masih ada?

tetapi ketika kau menyaksikan
kehancuran tubuhmu
dirimu tetap berjaga
dari musim ke lain musim

dari ruang ke waktu
hingga malaikat peniup sangkakala
meniupkan ruh
kembalilah tubuh

dirimu tetap berjaga yang
kau kenali tidak lagi pikiran
tersebab otakmu telah terbanting
kembali menjadi tanah

ketika hatimu berkatakata
tidak ada lagi siasat kebohongan
tersebab tubuhmu pada penciptaan yang
kemudian berkatakata dengan hatimu

dengan hatimulah
jembatan itu terus berjaga
kau aku melaluinya
dengan hatihati

yogyakarta, 20 juli 2014

Abdul Wachid B.S.lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Achid alumnus Sastra Indonesia Pascasarjana UGM (Magister Humaniora), jadi dosen-negeri di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dan sekarang sedang studi Program Doktor Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Buku-buku karya Achid : (1) Buku puisi, Rumah Cahaya (1995). (2) Buku esai, Sastra Melawan Slogan (2000). (3) Buku kajian sastra, Religiositas Alam : dari Surealisme ke Spiritualisme D. Zawawi Imron (2002). (4) Buku puisi, Ijinkan Aku Mencintaimu (2002). (5) Buku puisi, Tunjammu Kekasih (2003). (6) Buku puisi, Beribu Rindu Kekasihku (2004). (7) Buku kajian sastra, Membaca Makna dari Chairil Anwar ke A. Mustofa Bisri (2005). (8) Buku esai, Sastra Pencerahan (2005). (9) Buku kajian sastra dan tasawuf, Gandrung Cinta (2008). (10) Buku kajian sastra, Analisis Struktural Semiotik: Puisi Surealistis Religius D. Zawawi Imron(2009). (11) Buku puisi, Yang (2011). (12) Buku puisi, Kepayang (2012). (13) Buku puisi, Hyang (2014).

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 3,245