Politik

Debat Capres-Cawapres 2019 Disebut Seperti Pertunjukan Sinetron

debat capres-cawapres 2019, pertunjukan sinetron, pengamat media sosial, dhandy dwi laksono, debat capres, nusantaranews
Pengamat media sosial, Dhandy Dwi Laksono menyebut debat capres-cawapres 2019 tak ubahnya pertunjukan sinetron, Selasa (19/2/2019). (Foto: Romandhon/NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menyoroti debat capres-cawapres 2019, pengamat media sosial Dandhy Dwi Laksono menyebut debat kali ini tak ubahnya pertunjukan sinetron.

Dirinya menilai ada berbedaan yang mencolok antara debat capres 2014 lalu dengan debat capres 2019 kali ini. Menurut dia perbedaan paling mendasar adalah perbedaan di wilayah subtansi.

“Perbedaan subtansi. Lima tahun yang lalu ukuran ukuran yang digunakan dalam debat lebih kongkrit,” kata Dandhy Dwi Laksono usai mengisi acara diskusi bertajuk Merasionalisasikannya Pencapaian dan Paradoks Demokrasi yang diselenggarakan Forum Tebet (FORTE) di Jakarta Selatan, Selasa (19/2/2019).

Di mana, lanjut dia, di Pilpres 2014 silam Jokowi masih berani lantang bicara HAM. Tidak ada soal bocoran. “Lima tahun lalu semua spontan. Panelis bisa bertanya langsung men-challenge,” sambungnya.

Itu sebabnya, sutradara film dokumenter ‘Yang Ketu7uh’ itu berkesimpulan, debat capres 2019 kali ini disebutnya tak ubah sinetron. “Sekarang semua dibikin seperti sebuah sinetron,” ujarnya.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Berharap Semenisasi di Perbatasan Dapat Memangkas Keterisolasian

Pasalnya, kata Dandhy, materi untuk debat sekarang dibocorkan terlebih dahulu. Kemudian, panelis tidak berkomunikasi dengan capres.

“Hanya lewat pertanyaan yang sudah tertulis. Jadi, menurun sekali dan sudah anti-klimaks bagi saya,” tegasnya.

Dhandy menilai salah satu pemicunya adalah karena yang bertanding kali ini merupakan kandidat yang sebelumnya sudah bertarung. Sehingga tidak ada gagasan baru yang ditawarkan dari keduanya.

“Saya kira karena kualitas yang bertanding juga remacth dari lima tahun lalu. Nggak ada calon baru. Nggak ada gagasan baru. Malah basa basi dan sopan santun yang nggak perlu,” tandasnya.

Pewarta: Romandhon
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,050