NUSANTARANEWS.CO – Anggapan bahwa pemilihan gubernur DKI Jakarta merupakan (semacam) simulasi pemilihan Presiden semakin menemukan titik pembenarnya. Persis seperti peng-iya-an seorang analis politik dari UI (Universitas Indonesia) Donny Gahral Adiansyah bahwa pilgub DKI adalah pemanasan menuju Pilpres 2019.
Bahkan, lebih spesifik, ia menekankan bahwa pertarungan di 2019 itu antara kedua tokoh nasional yakni mantan presiden keenam SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) selaku pimpinan kubu Cikeas dengan mantan presiden kelima Megawati Soekarnoputri pimpinan kubu Teuku Umar. Keduanya adalah rerpresentasi dua partai besar yaitu Partai Demokrat dan PDIP.
Bahkan, Donny mengatakan kepada Tempo, kehadiran Mantan Ketua KPK Antasari Azhar dalam debat cabub-cawagub DKI jilid II mengarah pada titik awal dimulai pertarungan sengit antara Cikeas dengan Teuku Umar.
“Setuju, bahkan kehadiran Mantan Ketua KPK Antasari Azhar yang baru bebas murni memperoleh grasi Presiden Joko Widodo, di tempat debat pilkada DKI kedua lalu menjadi salah satu indikasi bahwa pertarungan 2019 sudah dimulai,” kata Donny, Selasa (31/1/2017).
Donny pun yakin adanya indikasi hawa panas Cikeas VS Teuku Umar dalam pertandingan antara Agus-Sylvi, Ahok-Djarot, dan Anies-Sandi dalam Pilgub DKI.
Indikasi itu, kata dia, nampak sangat kentara. “Indikasinya jelas, dana yang digelontorkan untuk kampanye ini cukup besar, penggalangan opini secara massif dan signifikan pun sudah terang,” tegas Donny.
“Dan, hampir semua elit politik turun dalam pertarungan Pilkada DKI ini,” sambungnya memberi penekanan.
Terakhir, kata dia, hadirnya seuluruh elit untuk pasangan calon gubernur DKI yang didukungnya, menggambarkan betapa pentingnya merebut Jakarta untuk suksesnya kepentingan politik 2019.
Namun yang menarik bagi Donny, di balik mulai tingginya hawa panas antara Cikeas dengan Teuku Umar, bisa jadi dapat menguntungkan pihak ketiga, yang dalam hal ini adalah kubu Praboto Hatta. “Jika dua kekuatan bertarung, kekuatan ketiga bisa mengambil keuntungan,” kata Donny. (Sule)