Politik

GMNI Ajak Pemuda Indonesia Merawat Kembali Ingatan Heroik KAA

Diskusi Publik oleh DPP GMNI Bidang Hubungan Internasional dalam rangka peringatan 64 tahun Solidaritas Asia Afrika. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)
Diskusi Publik oleh DPP GMNI Bidang Hubungan Internasional dalam rangka peringatan 64 tahun Solidaritas Asia Afrika. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) mengajak elemen mahasiswa dan pemuda Indonesia merawat kembali ingatan heroik Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 silam. Hal itu tercetus pada Diskusi Publik yang diadakan oleh DPP GMNI Bidang Hubungan Internasional dalam rangka peringatan 64 tahun Solidaritas Asia Afrika yang dilaksanakan di Wisma Trisakti GMNI, Jakarta.

Diskusi yang diikuti oleh perwakilan kader GMNI se-Jakarta dan beberapa organisasi kemahasiswaan lain turut dihadiri oleh Prof. Harry P. Haryono, mantan Duta Besar RI untuk Portugal serta mengundang dua narasumber utama yakni Peneliti Sosial Kebudayaan, Haryo Kunto Wibisono dan Analis Politik dari Indo Survey & Strategy, Herman Dirgantara.

Ketua Umum DPP GMNI Robaytullah K. Jaya, mengingatkan pentingnya elemen mahasiswa dan pemuda Indonesia merawat kembali ingatan peristiwa heroik yang pernah dipelopori oleh tokoh bangsa dalam menginspirasi kemerdekaan negara – negara Asia dan Afrika dalam penyelenggaraan KAA yang digelar 1955 silam.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

“KAA 1955 sangatlah istimewa bagi bangsa kita yang telah mengharumkan bangsa Indonesia secara mendunia atas inisiatifnya menggalang solidaritas negara – negara di Asia dan Afrika yang baru saja merdeka pasca Perang Dunia II”, kata Robaytullah dalam sambutannya, Selasa (23/04/2019) kemarin.

Diketahui peran strategis Indonesia dalam KAA tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah, namun banyak hal yang kemudian menjadi ruang bertemunya negara-negara Asia dan Afrika dalam menunjukkan potensi di percaturan politik internasional bukan saja perkembangan politik namun juga aspek ekonomi dan sosial budaya.

Dalam paparannya, Peneliti Sosial Kebudayaan, Haryo Kunto Wibisono menyampaikan bahwa KAA dari masa ke masa terus mengalami pasang surut. Terlebih yang dihadapi saat ini eksistensi KAA berdampak pula semenjak kondisi Indonesia kehilangan sosok kharismatik Presiden Pertama RI, Sukarno.

“Padahal, gaung solidaritas negara peserta KAA serta pengaruh Indonesia pada era Sukarno di tahun 1955-1965 sangatlah besar,” kata Haryo.

Baca Juga:  Jelang Pemilu, Elemen Kecamatan Sambit Gelar Doa' Bersama

Analis Politik dari Indo Survey & Strategy, Herman Dirgantara dalam paparannya, mengharapkan kaum intelektual muda harus bisa mengambil peran di forum internasional seperti menyuarakan pesan damai dan mengusulkan reformasi PBB dalam pengambilan hak veto yang sampai saat ini masih didominasi kepentingan beberapa negara-negara adidaya saja.

“Saya kira salah satu fokus yang bisa diambil teman-teman intelektual muda adalah turut ikut mendorong cita-cita untuk mereformasi PBB, baik dalam soal hak veto maupun keanggotaan di Dewan Keamanan. Dan itu bisa dilakukan dengan menggalang pertemuan pemuda se-Asia Afrika,” tukilnya.

Untuk itu, Ketua DPP GMNI Hubungan Internasional, Made Bryan Pasek menyampaikan bahwa diskusi yang digelar tersebut sebagai langkah awal untuk membangun kembali pemahaman dan kesadaran kelompok mahasiswa terkait peran strategis Indonesia dan Solidaritas Asia Afrika di masa mendatang.

“Seiring dengan refleksi KAA 1955, kami akan terus mengingatkan pentingnya perdamaian dunia serta mendukung penuh kemerdekaan Palestina”, tegasnya. (mys/nn)

Baca Juga:  Mengawal Pembangunan: Musrenbangcam 2024 Kecamatan Pragaan dengan Tagline 'Pragaan Gembira'

Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,149