Cina Perbarui Jalur Sutra Dengan Kereta Barang Cina-London, Indonesia Untung

Kereta Api barang pertama dari Yiwu, Tiongkok tiba di London, Inggris/Foto: Dok. railwaygazette.com / Yvonne Mulder

Kereta Api barang pertama dari Yiwu, Tiongkok tiba di London, Inggris/Foto: Dok. railwaygazette.com / Yvonne Mulder

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Mengawali tahun baru 2017, Minggu, 1 Januari 2016, China meluncurkan kereta barang pertamanya ke London. Kereta barang ini menumpuh perjalanan dari Stasiun Kereta Api Barat Yiwu di Provinsi Zhejiang, China Timur, menuju Barking, London, Inggris.

China Railway Corporation melaporkan seperti dilansir media Inggris, The Telegraph, sehari kemudian, Senin (2/1/2017) bahwa rute yang dilalui ialah Kazakhstan, Rusia, Belarus, Polandia, Jerman, Belgia, dan Perancis, sebelum tiba di London, ibu kota Inggris. Adapun jarak yang harus ditempuh lebih dari 7.400 mil atau lebih dari 11.840 km. Sehingga perjalanan kereta untuk sampai di London membutuhkan waktu tempuh 18 hari.

Jalur kereta barang ini merupakan pengembangan strategis terpenting yang akan membantu Presiden Xi Jinping mewujudkan mimpinya meraup multi-dollar AS dalam strategi “One Belt, One Road”. Di mana Strategi tersebut masuk dalam Rencana Pembangunan Kereta Barang China-Eropa yang telah dirilis pada Oktober 2016.

Stragtegi “One Belt, One Road” merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi China. Hal ini merujuk pada keterangan China Railway Corporation yang mengatakan, kereta menuju London akan memperkuat hubungan antara China dan Eropa Barat serta meningkatkan hubungan perdagangan China-Inggris.

Dalam pada itu, Inggris adalah negara kedelapan yang akan ditambahkan ke dalam rangkaian layanan kereta China-Eropa, dan London adalah kota ke-15 di lintasan yang dilewati kereta itu.

Saat ini sudah 39 rute dirintis, yang menghubungkan 16 kota di China untuk 12 kota di Eropa. Sampai Juni 2016, ada 1.881 layanan yang telah diluncurkan dari China menuju Eropa, dan 502 kereta di antaranya telah kembali membawa berbagai jenis barang strategis. Perjalanan pulang itu mengangkut barang-barang seperti produk daging Jerman, hasil hutan Rusia, dan anggur dari Perancis.

Perlu diketahui, rencana besar itu sebenarnya sudah diluncurkan sejak tahun 2013 dan merupakan jaringan infrastruktur dan perdagangan yang menghubungkan Asia dengan Afrika dan Eropa di rute perdagangan bersejarah yang dahulu disebut Jalur Sutera.

Jalur sutra sebenarnya sudah ada sejak zaman Dinasti Han dan merupakan jalur yang membentang dari Tiongkok Asia Tengah, India Utara, dan Kekaisaran Parthia dan Romawi untuk menghubungkan China dengan negara barat.

Jalur ini sangat sering digunakan untuk mengekspor sutra dari Tiongkok ke barat, sehingga disebut sebagai jalur sutra. Pada perkembangannya, kali ini China menambah dan memperbaiki rute dari jalan sutra ini, untuk menghubungkan China serta negara-negara lainnya yang berada di Asia dengan negara barat yang berada di benua Eropa. Jalur ini merupakan satu-satunya jalur yang menghubungkan Benua Asia dan Eropa melalui jalan darat.

Pada perkembangannya, jalur sutra tersebut sekarang sudah dijadikan sebagai peluncuran kereta barang, untuk mengirimkan semua barang-barang dari China langsung ke London.

Terbukanya kembali jalur sutra ini, tentunya juga dapat dimanfaatkan oleh negara-negara lain terutama Indonesia, untuk meningkatkan ekspor dan investasinya melalui jalur darat penghubung Benua Eropa dan Asia tersebut. Dengan adanya jalur sutra ini, juga mengakibatkan harga logam tembaga mengalami lonjakan akibat naiknya jumlah ekspor China ke negara-negara dunia.

Tembaga membukukan kenaikan terbesar dalam hampir empat tahun, memimpin lonjakan pada komoditas logam. Harga Tembaga untuk kontrak tiga bulan melaju 4,6% dan bertahan di level US$6.090 per metric ton pada pukul 17.50 di London Metal Exchange, terbesar sejak Mei 2013.

Selain tembaga, aluminium, nikel, dan timah juga menguat. Penguatan tersebut juga didorong oleh adanya indikasi bahwa BHP Billiton Ltd akan menghentikan sementara pengiriman dari tambang tembaga terbesar dunia.

Hal ini tentunya merupakan sentimen positif bagi beberapa saham yang berada disektor pertambangan logam, seperti INCO, ANTM dan TINS. Terdapat beberapa pola yang penting dan harus Anda ketahui sebelum melakukan trading terhadap saham tersebut.

Penulis: Achmad Sulaiman
***Dari berbagai sumber

Exit mobile version