EkonomiPolitik

One Belt One Road Bulan Depan Diteken, Aktivis 98 Ungkap Tujuan Cina untuk Indonesia

Jalur Sutera Abad-21 Cina (One Belt, One Road Initiative). (Foto: Istimewa)
Jalur Sutera Abad-21 Cina (One Belt, One Road Initiative). (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Impian Cina membangun kembali sejarah peradaban masa lalunya yang pernah menguasai dunia dengan produk-produknya nampak semakin mendekati kenyataan. Terbukti tahap pertama proyek skala besar dari inisiatif One Belt One Road Cina direncanakan bakal ditandatangani pada bulan depan.

Kabar penandatanganan tersebut disampaikan oleh pemerintah melalui Menteri Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pada Kamis malam, 21 Maret 2019 lalu.

Baca Juga:

Mengutip Tempo.co, dalam pertemuan Global Maritime Fulcrum Belt And Road Initiatives (GMF–BRI), dinyatakan bahwa Cina sudah menyiapkan rancangan Framework Agreement untuk bekerja sama di Kuala Tanjung, Sumatra Utara (Sumut) sebagai proyek tahap pertama. Setelah tahap tersebut, ada beberapa tahap proyek kerja sama lain yang telah disepakati seperti Kawasan Industri Sei Mangkei dan kerja sama strategis pada Bandara Internasional Kualanamu untuk tahap kedua.

Tidak hanya itu, masih ada lagi yaitu pengembangan energi bersih di kawasan Sungai Kayan, Kalimantan Utara (Kaltara), pengembangan kawasan ekonomi eksklusif di Bitung, Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Kura-Kura Island di Bali. “Tahap pertama hampir selesai dengan nilai proyek beberapa miliar dolar AS yang akan ditandatangani pada waktunya dalam satu bulan ke depan,” kata Luhut.

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024, Gus Fawait: Bukti Pemimpin Pilhan Rakyat

Berdasarkan pengajuan bisnis, lanjut Luhut, secara umum, Pemerintah Indonesia menawarkan dua kelompok proyek prioritas. Kelompok pertama mencakup empat koridor wilayah yakni di Sumut, Kaltara, Sulawesi Utara (Sulut), dan Bali. Sementara itu, kelompok kedua terdiri atas beberapa proyek di Sumatra Selatan (Sumsel), Riau, Jambi, dan Papua.

Ia pun menegaskan bahwa, proyek yang dikerjasamakan tersebut murni dilakukan secara Business-to-Business (B2B). Kehadiran Pemerintah Indonesia dan Cina disebut hanya untuk memfasilitasi bertemunya masing-masing badan usaha antara kedua negara.

Adapun kerjasamanya, terang Luhut, dilakukan pada badan usaha swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun perguruan tinggi. Contohnya, proyek Kura-Kura Island yang akan dilakukan antara Institut Teknologi Bandung (ITB) di Indonesia dan Universitas Tsinghua di Beijing. Kerja sama ini pun tidak terbatas pada badan usaha di Cina saja, melainkan juga pengusaha luar negeri seperti Jerman dan Jepang yang beroperasi di negara tersebut.

Tujuan OBOR Cina

Penandatanganan ini tentu menjadi kabar besar paling menggembirakan bagi Cina. Akan tetapi, belum tentu menjadi kabar baik pula bagi Indonesia.

Baca Juga:  Marthin Billa Kembali Lolos Sebagai Anggota DPD RI di Pemilu 2024

Jauh hari, Aktivis ’98, Haris Rusli menegaskan bahwa produk-produk dari berbagai dinasti di masa lalu Cina bisa dijumpai di seluruh pelosok nusantara.

“Di kampung di Ternate, kita masih menemukan warisan China Old, cangkir dan teko dari berbagai dinasti. Cina yang ada saat ini adalah Cina yang mengulangi sejarahnya yang lampau,” kata Haris di Jakarta, Jumat (8/2/) lalu.

Simak:

Jika di dalam pertarungan global ini, kata dia, mental bangsa Indonesia masih seperti kuli dan budak, yang selalu berharap bantuan dari barat, berharap pada pertolongan dari Amerika dan lain-lain, maka bangsa ini bakal punah.

“Demikian juga tentara kita, jika mindset-nya belum berubah dari mindset Amerika karena pernah dididik di Amerika dan tidak kembali kepada mindset-nya Jenderal Besar Soedirman (salah satu orang suci yang pernah ada di Indonesia), maka selamanya kita akan menjadi kuli dan budak asing, baik barat, Cina, Jepang dan cukong,” sebutnya.

Baca Juga:  Jadi Pembicara Tunggal Prof Abdullah Sanny: Aceh Sudah Saatnya Harus Lebih Maju

“Harusnya kita bisa bangkitkan kembali kedigdayaan dan ketangguhan peradaban Sriwijaya dan Majapahit yang kini telah menjadi mitologi,” tambah Haris.

Haris menambahkan, Cina bangkit menguasai dunia dengan mitologi Jalur Sutra. Sasaran utama sebetulnya perebutan nusantara sebagai daerah penyangga.

“Tujuannya untuk kuasai rantai pasokan di Pasifik hingga singkatan Silk Road (Jalur Sutra)-nya itu dibuat ada sedikit kemiripan dengan bahasa kita, yaitu OBOR (One Belt, One Road). Demikian juga oase intelijen Cina untuk kuasai rantai pasokan tersebut diberi nama ALIBABA, tak ada bahasa Tiongkok seperti itu. Itu bahasa kita. Karena dia ingin menyatu dengan dan menguasai bangsa kita,” papar Haris. (mys/nn)

Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,159