Budaya / SeniCerpen

Cerpen Pohon Pepaya Dengan Buah Kelapa

Pohon Pepaya dengan buah kelapa
Cerpen Pohon Pepaya dengan buah kelapa

Cerpen Pohon Pepaya Dengan Buah Kelapa

Baru-baru ini kampung Pajagungan digegerkan dengan kemunculan pohon pepaya yang berbuah kelapa. Pohon itu beberapa hari yang lalu tiba-tiba tumbuh di depan rumah Pak Ramu, Ketua RT kampung Pajagungan. Tentu saja kejadian itu mengagetkan semua orang dan seketika jadi bahan omongan dimana-mana.

Oleh: M. Luthfi

 

Orang-orang beramai-ramai datang untuk memastikan kabar kebenaran mengenai pohon itu. Semua menanyakan dengan lontaran pertanyaan serupa. “Beneran ada pohon semacam itu?” begitulah kira-kira pertanya orang-orang kala itu, meski dengan redaksi yang beda-beda, tapi kira-kira maksudnya demikian.

Ada sekitar sembilan biji kelapa pada pohon pepaya itu. Meski buah itu tidak seperti kelapa pada umumnya yang besar dan berwarna hijau tua. Ukurannya kira-kira sekecil telur ayam dan warnanya kemerah-merahan. Tapi buah itu benar-benar serupa kelapa, mulai dari bagian kulit luar hingga bagian dalamnya, ada batok sebagaimana buah kelapa.

Menurut keterangan yang disampaikan Pak ramu, petang kemaren pohon itu belum ada. Bahkan di tempat munculnya pohon itu pun, sebelumnya hanya sepetak halaman yang biasa dijadikan tempat bermain anak Pak Ramu dan teman-temannya. Namun kejadian yang mengherankan itu tak kuasa dielakkan. Benar adanya.

Ada banyak prasangka bermunculan ketika orang-orang menyaksikan pohon dengan buah kelapa tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah pohon racikan seorang dukun yang sakti mantra guna sebagai kutukan kepada orang yang tidak disenanginya. Namun ketika ditanya alasan kenapa orang tersebut menyangka seperti itu, orang itu hanya melongo kebingunan.

Ada pula yang menyebut kemunculun pohon itu adalah jelmaan dari makhluk gaib—mungkin jin atau apalah—yang ingin merasakan dunia manusia. Sebab sudah tidak kerasan di dunianya sendiri. Tetapi itu juga mudah disanggah. Karena, jika memang demikian, kenapa mesti jadi pohon aneh seperti itu, kenapa tidak berubah jadi manusia saja, biar bisa langsung berbaur dengan mereka-mereka. Dan juga prasangka-prasangka lain yang kebenarannya juga tidak bisa dibuktikan.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Semua prasangka itu hanyalah pendapat yang benar tidaknya tidak ada yang tahu. Kalau hanya mengutarakan pendapat memang siapa yang tidak tahu. Tapi yang pasti pohon dengan buah kelapa itu telah menguntungkan Pak Ramu dan masyarakat setempat. Sebab beberapa hari kemudian, karena ada banyak orang yang hendak melihat keajaiban pohon itu, salah satu pemuda kampung Pajagungan mengusulkan kepada Pak Ramu untuk memasang tarif jika hendak melihat-lihat pohon tersebut.

Usulan itu oleh Pak Ramu diutarakan pada Rapat bersama semua Kepala Rumah Tangga, yang secara dadakan dilaksanakan malam harinya. Semua bersuara sepakat, selain untuk memperkenalkan buah dan pohon itu—atau bahkan kampung itu—di muka publik, uang hasil dari tarif masuk tersebut akan digunakan untuk kepentingan kampung dan masyarakat yang membutuhkan.

Tak tanggung-tanggun, keputusan untuk memasang tarif masuk halaman itu segera dipasang pagi harinnya dengan ketentuan tarif, Rp. 5000 untuk anak-anak dan Rp. 10.000 untuk orang dewasa. Di sekitar halaman tersebut diberi garis pembatas dari tali rafia dan tentu saja ada orang yang bertugas menjaga tempat itu sebagai petugas.

Hari-hari berikutnya kabar tentang keberadaan pohon itu terus menyebar tidak hanya di kampung Pajagungan, tapi juga telah sampai di kampung seberang. Mereka berbondong-bondong datang demi menyaksikan secara langsung pohon dengan buah kelapa tersebut.

Untung bukan kepalang, kian hari kian menumpuk pengunjung yang bertandang. Membeludak hingga area rumah Pak Ramu yang besar tak cukup mampu menampung. Penjaga di pintu masuk pun dibuat kewalahan melayani pengunjung yang hendak memasuki halaman.

Keuntunagan karena pohon itu tidak cukup sampai di situ. Sebab, orang-orang di kampung Pajagungan juga kebagian untung dengan menafaatkan keadaan. Mereka memperoleh keuntungan dari jualan yang mereka jajalkan.

Ada yang jualan Es Degan, Tahu Isi, Rujak Buah, Gorengan dan makanan khas kampung lainnya. Bahkan anak-anak juga ambil bagian untuk sama-sama mendapatkan keuntungan. Mereka meyewakan payung kepada para pengunjung agar tidak kepanasan. Ya… Semua ada di sana. Tak pelik, tempat itu tak kalah dari tempat wisata yang ramai dikunjungi orang-orang kala hari sabtu atau minggu. Bahkan mungkin lebih banyak.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Hingga memasuki hari ke tiga puluh tiga, atau satu bulan lebih dari kemunculan pohon itu, orang-orang yang berkunjung bukannya berkurang, tapi semakin bertambah. Kali ini tidak hanya dari warga setempat, tetapi masyarakat dari luar kota, bahkan ada yang dari pulau seberang juga telah mendengarnya. Mereka jauh-jauh hanya untuk meyaksikan keajaiban pohon yang berbuah kelapa.

Pasalnya, pohon itu bukan hanya saja berbeda dari tanaman yang lain. Tetapi, akhir-akhir ini, setelah selidik demi selidik ternyata pohon itu juga memiliki keistimewaan. Yakni bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

Hal itu diketahui setelah anak Pak Ramu yang tanpa sepengetahuan Pak Ramu dan keluarganya, memanjat dan mengambil buah kelapa dari pohon pepaya itu, kemudian dimakan. Penyakit keputihan yang sebelumnya diderita anak Pak Ramu hilang seketika. Padahal sebelumnya, berbagai penyembuhan telah dilakukan Pak Ramu lalukan namun semua nihil.

Awalnya Pak Ramu dan keluarganya tidak percaya bahwa anak mereka sembuh gara-gara buah itu. Tapi hal itu tidak bisa mereka sangkal setelah hal serupa juga terjadi pada Kang Solokin yang sebelumnya menderita penyakit lumpuh. Tidak bisa berjalan meski hanya sekedar ke kamar mandi. Ia sudah berobat kemana-mana dan tentu saja sudah menghabiskan banyak biaya pula, namun tiada hasil yang memuaskan. Baru setelah sekian lama ada yang memberi usul untuk mengkonsumsi buah dari pohon itu. Setelah keesokan harinya, penyakit yang diderita kang Solikin sembuh total. Ia tidak hanya bisa jalan, tapi sekarang ia kembali bisa naik sepeda ontel bersama kawan-kawannya seperti sedia kala.

Keampuhan dari buah itu tersebar besamaan dengan kemunculan pohon itu. Bisa dikata, saat ini orang mengenal buah itu karena keajaiban—untuk tidak mengatakan kenehan—serta keampuhannya menyebuhkan penyakit. Kini pegunjung bukan saja berkunjung untuk mengetahui dan melihat secara langsung, tapi ada banyak yang datang demi berobat untuk kesembuhan penyakit yang diderita. Sedang untuk buah dari pohon itu, Pak Ramu serta masyarakat sepakat untuk tidak memasang tarif, tapi tidak apa-apa jika ingin bersedekah atas buah yang diambil. Telah disiapkan kotak khusus untuk menampung hasil sedekah itu.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Masyarkat Pajagungan semakin sejahtera. Berkat buah dan pohon itu, tidak ada lagi masyarakat di dusun itu yang kelaparan. Tersebab, sebagaimana janji Pak Ramu, hasil yang didapat dari penghasilan karcis masuk dan hasil dari buah itu, serta masukan lain yang bersumber dari penghasilan masyarakat dusun Pajagungan yang berjualan di tempat itu untuk meniadakan orang-orang yang kelaparan, khususnya di daerah tersebut. karena selama ini kampung Pajagungan memang dikenal sebagai kampung dengan rata-rata masyarakat miskin. Dan mirisnya, keadaan itu belum juga dilirik oleh pemerintah setempat apalagi pemerintah kota.

Dusun Pajagungan pun makmur. Berkat pohon dan buah itu, semua merasakan keberkahannya. Warga kampung tercukupi segala kebutuhannya, orang-orang yang memiliki penyakit berhasil menemukan obat dari buah yang diambil dari pohon itu. Bahkan sesekali, ada pula yang ketemu jodoh karena sering bertemu ketika mampir di pekarangan pohon itu.

Hingga memasuki kalender bulan ke enam bulan kemuculannya, pohon tersebut terus diminati untuk didatangi. Tentu ini hal ini akan semakin mensejahterakan masyarakat kampung Pajagungan.

Kini orang-orang tidak lagi ambil pusing akan kumunculan pohon itu. Pohon itu datang dari mana siapa peduli. Semua pada sibuk memikirkan kesejahteraan yang kian hari kian bertamabah. Lebih-lebih Pak Ramu. Sebagai orang yang dikenal masyarakat sebagai pemimpin desa dengan hati yang lembut dan penuh perhatian kepada rakyatnya, sekarang ia hanya perlu menyiapkan senyum paling manis dan romantis ala pejabat desa untuk kembali dibawa pada pemilihan Kepala Desa periode keduanya di mana pelaksaannya sudah ada di depan mata.

Penulis: Luthfi. Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA). Berdomisili di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Selatan Guluk-Guluk Sumenep Jawa Timur.

Related Posts

1 of 3,049