Puisi

Cermin, Hidup Tak Bernyawa

cermin, puisi, mendengar kesahku, ulfade, kumpulan puisi, nusantaranews
ILUSTRASI. (Foto: Istimewa)

Cermin

Rahasia kehidupan tak berperi
Sebab, cahaya keluhuranku
Adalah cermin yang akan melihat
Jiwa dan raganya

Akulah burung
Yang punya sayap hitam putih
Bagai samudra dan buih
Sedang bayang-bayang di telan matahari

Marma-marma melambung
Sudah mabut dalam bajuku
Kau tetap berlaku adil
Seperti aliran ikhlas dan cita

Annuqayah 2019

 

Burung Kehidupan

Burung kehidupan
Ada embun menutupi wajahmu
Mengundang suhu gerimis menggigilkan
Hanya lintasan pesona
Yang berkibar di bibirmu
Sebagai embun hilangkan dahaya

Angin cakrawala senja hati
Sepanjang hari kau mengunjungi hati
Dalam bias mimpi
Serupa bulan yang tak letih menjaga malam
Sambil bernyanyi dan menari
Bagi lelapku diatas indahmu

Annuqayah 2019

 

Hidup Tak Bernyawa

Setiap bertemu, kujumpai tangis
Sesayup-sayup embun
Antara sabda lama dengan kehidupan
Yang dianggap pantun bermimik sementara

Kau hidup tak bernyawa
Mengungah menyentuh rasa
Secawan alam berkata benar
Sungguh dinyata keagungan punya

Tiada lampu mematikan diri
Tuk coba memblokir arti
Dari suci dan kebenaran tunggal
Sulit terbanding bahkan tiada sekali

Annuqayah 2019

 

Bulan

Cakrawala membentang di kaki langit
Cahaya yang mulai lelap
Membara jerit padaahti
Lantas hatipun berkata:
“Tuhanku kuasa dia utusan dipercaya”
Hari-kehari berganti minggu
Di balik malam merasuki dada
Hanya bulanku menerangi cahaya dunia

Sabda mengaliri kota hingga desa
Firman tegak menjadi pusaka jiwa
Walau banyak angin puting
Merobohkan pohom tua
Tapi musim dingin dan panas

Diatur oleh manusia bulan pandangan mausia

Annuqayah 2019

 

Rindu Kekasih Allah

Memudik dalam keridha’an
Selang kemulyaan merebbana
Saling mebtabu kidung-kidung cinta
Serta pengobrolan menuju cinta

Tanpa angin dan remang pandangan
Setiap sajak menyulam bayangmu
Jangan harumnya kuhirup
Sunnah pun berkata ikut

Ilalang melambai kejujuran
Pelu pun ikut memeriakan
Serta air mata tak sanggup bersembunyi
Hingga malaikat bosan menasehati
Lantak dalam ilusi
Pengoprasian jiwa yang mengidap dosa
Sebuah buih dikening ombak
Mendekap erat syetan tersayang

Sebuah hening haluan kiblat
Bersamman dan berayun
Memanggil secawan hati agung

Rindu kekasih Allah yang tak tuntas
Dalam tadah dan rebahan
Semoga isak tangis yang terang
Melaju serentet harum bayangnya
Muhammad sallallahu alaihi wasallam

Annuqayah 2019

 

 

 

Tentang penulis

Ahmad Wirdian Widodi, lahir di kampung kasur pasir legung sumenep merupakan santri Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa aktif di sanggar pasir dan pers ikstida

Related Posts

1 of 3,052