NUSANTARANEWS.CO – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI di tahun 2016 dan 2017 menjalankan empat proyek pekerjaan cleaning service. “Dengan proyek ini, gedung DPR jadi gedung rakyat yang bebas dari sampah, dan lantainya bersih mengkilat. Sehingga membuat penghuninya nyaman dan lebih produktif lagi dalam bekerja untuk melayanin rakyat, dan enak mengkritisi pemerintahan Jokowi,” kata Kordinator Center for Budget Analysis (CBA) Jajang Nurjaman, Selasa (24/1/2017).
Selain itu, menurut Jajang proyek cleaning service ini, bukan hanya untuk bersih-bersih gedung atau lantai Gedung DPR. Diharapkan, dengan proyek cleaning Service pada zona B dan C semua “penduduk” gedung DPR bersih atau bebas dari tindakan korupsi. Agar mendapat dukungan dari rakyat.
Namun pada kenyataannya CBA melihat DPR RI melalui lembaga Setjen DPR RI, tidak seperti yang diharapkan. “Malahan ikut-ikutan menghamburkan uang rakyat untuk sekedar proyek-proyekan cleaning service. Ada kenaikan yang mencolok, antara anggaran yang disiapkan di tahun 2016 dan 2017,” ungkapnya.
“Coba lihat, anggaran 2016 untuk cleaning service zona b dan zona c sebesar Rp. 21,083,304,000 sedangkan untuk 2017 sebesar Rp. 28,970,494,000 jadi tiba-tiba terdapat peningkatan anggaran sebesar Rp.7,887,190,000 yang sungguh besar, boros, dan tidak masuk akal sehat,” terangnya.
Menurut kordinator CBA ini, peningkatan anggaran cleaning Service dari tahun 2016 ke 2017 sebesar Rp.7.8 miliar, juga memperlihatkan kejanggalan. “Bagimana tidak janggal, yang dikerjakan pihak perusahaan, tiap tahun, kemungkinan zonanya sama, luas dan lebarnya tidak bertambah. Kalau ada, peningkatan anggaran, tapi zonanya bertambah, atau bisa dibenarkan ketika ada penambahan luas atau lebar zone yang dikerjakan atau dibersihkan,” beber Jajang.
Dari temuan di atas semakin membuka mata publik, bahwa lembaga DPR, selain tidak produktif dalam kinerjanya ternyata DPR juga hobi menaikan anggaran untuk proyek seperti cleaning service. Bagi Jajang itu tidak masuk akal. (red-01/emka)