Catatan Kampung Halaman
aku ingin membuat catatan kampung halaman
yang tertulis dari huruf-huruf penantian
sedikit kutambahkan tetesan air mata
yang tercampur dengan samar-samar kabar kepulangan
hari berlalu seperti kuncup kembang
yang rekah hanya setiap musim datang
menyambut tahun-tahun pergantian
aku ingin membuat, melepas tanah rantau
sebab rindu adalah gemuruh, kampung halaman adalah keinginan
dan catatan ini semakin lupa arah kepulangan
yang teramat lupa kapan terakhir kali
merayakan tangisan
Blitar, 2014
Lelaki Tua di Gunung Berkabut
lelaki tua bersimpuh di dekat pohon doyong
telapak tangan menengadah, menampung keluh dari tiap-tiap mulut yang pasrah
sesekali kedua bibir bergerak memutar, mengunyah wirid dan doa panjang
di sebuah puncak gunung berkabut, roh-roh leluhur saling berebut
orang-orang tampak lebih kalut, menggelegar byar
saat napas gunung menghembuskan gemuruh maut
mencari-cari orang-orang yang luput
namun, lelaki tua masih terjaga dalam doa
di dekat jalan kecil, dekat aliran sungai yang mengalir berisik
anak-anak bersikejar dengan gelak tawa, lantas mengaminkan doa-doa lelaki tua dengan terpaksa
orang-orang pun khusyuk berbicara rahasia, tentang hari depan usia
Blitar, 2015
Wajah Bapak di Suatu Senja
bayang-bayang wajah bapak terapung
pada permukaan laut tenang
timbul-tenggelam pada riak ombak yang bergulung-gulung
menghempas ke pasir pantai
di suatu senja, ingatan tentang senyummu
bersembunyi di bebatuan karang
aku berdiri tegap di garis pantai
mengenang biduk yang ditelan badai
dan bayang wajah-wajah nelayan
mengambang di biru laut
Blitar, 2015
Rintik Hujan
dedaunan bergoyang disentuh rintik hujan
menyambut sepoi-sepoi
yang berembus dengan angin yang berkarib gigil
menyentuh pori-pori hingga terbuka
dan dingin memaksa masuk ke setiap rongga
aku memandang langit pucat
telapak tangan kutengadahkan ke udara
tetes air berebutan jatuh dalam genggaman
menusuk tajam dan menyerbu buru-buru
tak lupa kuhitung setiap tetesnya
sambil membayangkan hujan adalah air mata
bagi setiap luka dan bahagia
Blitar, Januari 2016
Di Kotaku
aku berdiri menatap sepi yang berjajar rapi
menyisir sebuah tawa dari rumah-rumah ringkih
hingga gedung-gedung angkuh yang menjulang tinggi
di kotaku ingin mengabarkan tentang kesetiaan
bahwa sepasang siang dan malam adalah
di sini saban pagi ditemani rumah pemimpin pertama negeri
yang selalu menikmati hari.
di kotaku sunyi selalu lebih memilih harga diri
*Alfa Anisa adalah nama pena dari Anisa Alfi Nur Fadilah. Lahir di Blitar, 28 Maret 1995. Mahasiswi program ilmu komunikasi di Universitas Islam Balitar, aktif di Komunitas Sastra Hangudi di Kota Proklamator Bung Karno. Hp: 0857856240142
___________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, dan esai dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].