NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Beberapa wilayah Jawa Barat tercatat memiliki data kasus trafficking yang cukup tinggi. Salah satunya di Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan data yang dihimpun hingga Agustus 2017, kasus trafficking mencapai 17 kasus.
Menurut Komisioner Komisi Perlindungan Anak Bidang Traficking Ai Maryati Solihah, membongkar data trafficking membutuhkan penanganan yang maksimal. Dan diperlukan pengawasan yang efektif, termasuk juga peran media.
“Data tersebut hanya berdasarkan pengaduan saja,” ucap Ai Maryati kepada wartawan usai pertemuan dengan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cianjur belum lama ini.
Namun, data tersebut masih belum menampilkan fakta yang terjadi di lapangan. Meski demikian, pihaknya mengapresiasi masyarakat yang telah mengadukan masalah trafficking.
“Dulu, masyarakat sulit untuk mengadukan masalah-masalah perdagangan orang,” katanya.
“Sebab, lembaga yang menampung pelaporan. Namun, sekarang masyarakat hanya perlu keberanian insyaallah kita tangani,” sambung Ai.
Di tempat yang sama, salah satu perwakilan DPPKBP3A Kabupaten Cianjur, Esih Sukaesih mengungkapkan saat ini Kabupaten Cianjur akan mendorong upaya pemerintah dalam memberantas perdagangan orang.
“Terutama permasalahan buruh migran dengan meningkatkan sosialisasi dan koordinasi dengan berbagai pihak stakeholders perlindungan anak,” ujar Esih.
Dia mengungkapkan, pihaknya akan menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk mengawasi dan berani melaporkan jika terjadi upaya pemalsuan dokumen dalam perekrutan. Biasanya hal tersebut terjadi dikarenakan iming-iming gaji yang tidak masuk akal. Bahkan ada ajakan bekerja kepada mereka yang masih berusia anak-anak.
“Kabupaten Cianjur akan berupaya untuk menghidupkan kembali KPAD Cianjur untuk menjawab sinergitas sistem pengawasan perlindungan anak terutama masalah kekerasan seksual dan tindak perdagangan orang yang kini kian marak dengan berbagai modus baru seperti penipuan melalui media sosial dan iklan lowongan kerja,” papar Esih.
“P2TP2A berhasil memulangkan anak-anak korban trafficking ada yang terjadi di Batam, Bengkulu dan lain-lain,” tegasnya.
Ditambahkan Esih, pihaknya menegaskan untuk mewaspadai pelaku trafficking yang dilakukan oleh anak-anak. Fenomena ini terjadi kebalikan pada umumnya, di mana sebenarnya anak-anak merupakan korban dari trafficking.
“Oleh karena itu kami akan terus kita membongkar sampai pada aktor intelektualnya, kami tidak takut,” pungkasnya.
Pewarta: Nita Nurdiani Putri / Editor: Eriec Dieda