Budidaya Tanaman Keras Sebagai Pilar Ketahanan Pangan Bangsa Indonesia

ketahanan pangan, swasembada pangan, bangan indonesia, sektor pertanian, sektoir perkebuman, ekspor pertanian, zz zaki, ayep zaki, bidang pertanian, negara agraris, budidaya tanaman keras, tanaman keras, nusantaranews
Ketua Umum FKDB dan pembina YPPDB H Ayep Zaki (Aa Zaki) dan tanaman keras yang dikelolanya di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. (Foto: A Pramono)

NUSANTARANEWS.COKetahanan pangan dan swasembada hasil pertanian adalah cita-cita luhur pemerintah dan bangsa Indonesia. Betapa tidak, kita sadari bersama bahwa ekonomi, terutama bidang pertanian merupakan penopang pokok kehidupan bangsa yang dari dahulu kala sudah terkenal dengan sebutan negara agraris.

Berangkat dari cita-cita luhur tersebut, dalam berbagai kesempatan Ketua Umum FKDB dan pembina YPPDB H Ayep Zaki mengingatkan kembali tercapainya ketahanan pangan nasional demi tercapainya kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran bagi bangsa Indonesia. Pria yang karib dipanggil Aa Zaki ini memiliki banyak program untuk mencapai cita-cita tersebut. Salah satu program andalannya ialah program ketahanan pangan yang berorientasi padi, palawija dan tanaman keras.

Kini, Aa Zaki sedang membudidayakan tanaman keras berupa Manggis di atas areal tanah sekitar 10 hektare (100.000 m). Yang telah ditanami sekitar 21.900 meter persegi (2,19 ha), yang berlokasi di kampung Cilubang Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi.

Di kampung Cimanggis Kabupaten Sukabumi dipilihnya tanaman manggis karena manggis merupakan suatu tanaman yang selain buahnya bermanfaat karena kandungan berbagai vitamin yang dibutuhkan tubuh, juga merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat untuk menjaga kesehatan. Tentunya, manggis merupakan jenis tanaman yang bersifat menyimpan cadangan air pada tanah. Selain itu, manggis merupakan jenis buah lokal yang bisa menjadi andalan untuk diekspor ke berbagai negara lain.

Baca juga:

Selain manggis, juga telah direncanakan penanaman apokat dan jengkol di tiga lokasi kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Lokasi pertama di kampung Pasirsuren Desa Bojonggaling Kecamatan Bantargadung seluas 175.000 meter persegi (17,5 h). Kedua di Kecamatan Ciemas seluas 200.000 meter persegi (20 ha ), dan ketiga di Kecamatan Waluran seluas 25.000 meter persegi (2,5 ha). Luas keseluruhan 400.000 meter persegi (40 ha).

Tanaman keras yang dikelola Ketua Umum FKDB dan pembina YPPDB H Ayep Zaki (Aa Zaki) di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. (Foto: A Pramono)

Aa Zaki menjelaskan alasan mengapa dipilih manggis dan apokat. Menurutnya, manggis dan apokat merupakan hasil bumi yang bisa diekspor, yang dampak positifnya akan mendongkrak penghasilan petani sebagai salah satu akar dari pohon kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran Indonesia.

Selain itu, Aa Zaki juga mengajak siapapun yang memiliki lahan atau tanah yang ingin menanam jenis tanaman keras untuk menjadi mitra atau pola kerjasama untuk budidaya tanaman.

Untuk jengkol dia menjelaskan bahwa saat ini nilai jual jengkol lumayan tinggi, yang harganya stabil bahkan cenderung terus naik. Hal ini lantaran kesediaan bahan baku tanaman jengkol yang makin berkurang seiring berkurangnya jumlah luas hutan di Indonesia. Untuk itu, budidaya tanaman jengkol sangatlah penting dan memiliki prospek pasar yang baik.

Baca juga: Aa Zaki Ingatkan Pemerintah: Indonesia Sejahtera, Adil dan Makmur adalah Amanat UUD 1945

Dalam berbagai kesempatan Aa Zaki selalu menekankan pentingnya ketahanan pangan bagi bangsa Indonesia di tengah persaingan. Ketahanan pangan juga merupakan peluang dan potensi pertanian sebagai penopang peradaban di masa mendatang. Dengan menguasai dan memajukan pertanian menjadikannya sebagai kunci kemenangan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Sekali lagi kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran Indonesia menjadi tanggung jawab bersama bagi bangsa Indonesia untuk bisa mencapai program-program tersebut. Karenanya, Aa Zaki mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus menanam sehingga tercapainya ketahanan pangan Indonesia.

Penulis: A Pramono
Editor: A Pramono/Gendon Wibisono

Exit mobile version