NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dua mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Niswana Wafi Alfarda bersama Sures Setiadi Tarigan sukses menginisiasi pembuatan bubur instan dari pati singkong dan tepung daun kelor. Wah, bentuk dan rasanya seperti apa ya?
Mereka berinisiatif membuat bubur instan tersebut karena ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi beras sebagai makanan pokok semakin meningkat. Peningkatan konsumsi beras ini tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah beras yang diproduksi petani di Indonesia. Hal ini menjadi penyebab utama terjadinya impor beras yang cukup tinggi setiap tahun.
Di sisi lain, kata mereka, singkong dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat alternatif. Demikian juga dengan tanaman kelor yang sudah dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi. World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi).
Sedang kelor sendiri mendapat julukan Miracle Tree dan Mother’s Best Friend, yang artinya dapat tumbuh dengan cepat dan sangat bertoleransi dengan iklim yang ekstrem. Namun, pemanfaatan tanaman kelor sebagai bahan pangan yang kaya zat gizi ini di Indonesia masih belum optimal.
“Dari masalah tadi, kita ingin memanfaatkan zat gizi dalam kelor dan singkong. Lalu, kita melihat trend masyarakat yang makin gandrung dengan produk instan. Untuk itu kita berpikir mengapa kita tidak mengemasnya dalam bubur instan saja, apalagi masyarakat Indonesia sangat akrab dengan bubur,” jelas Wafi dalam rilis IPB, Senin (8/10/2018).
“MORA itu kependekan dari Moringa Esculenta yang mana perpaduan dari dua nama latin singkong (Manihot esculenta Crantz) dan daun kelor (Moringa oleifera). MORA ini lebih praktis dan tahan lama karena dikemas dalam kemasan plastik kedap udara. Kandungan gizi dari keduanya pun tidak hilang,” tambah Sures.
Inovasi tersebut mereka ikutkan dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Tingkat Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Diponegoro (LKTI-N FPP UNDIP) pada tanggal 27-29 September 2018. Keduanya merupakan mahasiswa departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, (ITP FATETA).
“Senang dan juga terkejut, senang karena tahu hasil usaha selama rangkaian kompetisi yang berbulan-bulan akhirnya membuahkan hasil, terkejut karena tidak ada ekspektasi untuk menang dari awal kompetisi dimulai,” tutur Sures saat mengetahui jika timnya mendapatkan juara pertama.
“Kita berharap MORA dapat diproduksi masal dan dinikmati masyarakat Indonesia,” pungkasnya.
Demikianlah salah wujud atau hasil dari perkembangan manusia yang dinamis. Sehingga inovasi di berbagai lini sangat diperlukan. Terutama dalam hal pangan yang merupakan kebutuhan pokok manusia.
Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana