NUSANTARANEWS.CO, Kediri – BPBD Kediri bersama Pemerintah Kecamatan Wates dan Kepala Desa se-Kecamatan Wates mengadakan sosialisasi kerjasama antar desa dalam penanggulangan bencana alam. Sosialisasi ini dihadiri Rosid Nabawi, Dedi Raharjo dan Budi Bagawanta, ketiganya dari BPBD Kediri, Bati Tuud Koramil 10/Wates Pelda Didik Susilo dan Kepala Desa Segaran Dwija Kristianta, Jumat (20/4/2018).
“Untuk itu kesiapsiagaan menjadi mutlak diperlukan. Besaran risiko bencana merupakan fungsi dari dua variabel yakni bahaya dan kerentanan. Variabel bahaya ini kecil kemungkinannya untuk kita intervensi apalagi bahaya tersebut bersifat teogenik. Lain halnya dengan variabel kerentanan, apabila melihat pengertian dari kerentanan yang merupakan suatu kondisi sosial, ekonomi, fisik, dan lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap pencegahan dan penanggulangan bencana,” jelas Rosid Nabawi.
Dia menambahkan, tentu tingkat kerentanan masyarakat dengan kesiapsiagaan yang tinggi akan lebih kecil apabila dibandingkan dengan masyarakat dengan kesiapsiagaan yang lebih rendah. “Dan apabila dikalikan dengan besaran bahaya akan didapatkan risiko bencana yang lebih kecil pula,” tambahnya.
Sementara itu, Dedi Raharjo menjelaskan, bahwa konsep dasar dari sister village ini adalah adanya kerjasama antara desa rawan bencana erupsi sebagai asal pengungsi dengan desa diluar kawasan rawan bencana atau tidak terkena dampak erupsi sebagai tempat pengungsian.
“Dalam teori manajemen kebencanaan dikenal tiga filosofi penanggulangan bencana berkenaan dengan langkah mengurangi risiko bencana, yakni pertama jauhkan manusia dari sumber bencana. Prinsip ini mempunyai maksud bahwa kita harus merelokasi masyarakat disekitar sumber bencana ke tempat lainnya yang tentunya aman dari dampak bencana, dengan transmigrasi misalkan,” katanya.
Budi Bagwanta menambahkan ,dengan kesepahaman semua pihak terurama antar desa bersaudara, lahirnya sister village bisa menjadi sebuah angin segar dan solusi alternatif bagi penanganan korban bencana. (red)
Editor: Yahya Suprabana