Ekonomi

BKPM Sebut Sentimen Anti Cina Tak Goyahkan Nilai Investasi di Indonesia

NUSANTARANEWS.CO – BKPM Sebut Sentimen Anti Cina Tak Goyahkan Nilai Investasi di Indonesia. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memprediksikan realisasi investasi Cina diperkirakan akan mendominasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia dalam beberapa tahun kedepan.

Kepala BKPM Thomas Tri Kasih Lembong menjelaskan, derasnya investasi tersebut dikarenakan Cina sangat berminat menempatkan negara-negara Asia Pasifik sebagai tujuan utama penanaman modal mereka. Menurutnya hal itu sudah terlihat dari realisasi investasi pada tahun lalu, di mana realisasi investasi Cina masuk ke dalam peringkat tiga terbesar sebagai investor PMA di Indonesia.

“Tren investasi Ciina meningkat drastis seiring meningkatnya investasi Cina di Asia Pasifik. Cina adalah ekonomi terbesar dan mereka akan menjadi investor terbesar di negara-negara Asia Pasifik,” ujar Tom dikantornya, Rabu (25/1/2017).

Berdasarkan data BKPM, memang realisasi investasi asal Cina dan Hong Kong tercatat US$4,9 miliar dan menempati peringkat ke-tiga PMA terbesar di Indonesia.

Posisi tersebut meningkat drastis sebesar 216 persen dibanding tahun 2015, di mana realisasi investasi asal Cina dan Hong Kong tercatat US$1,55 miliar dan menempati peringkat PMA ke-enam pada periode 2015 lalu.

Baca Juga:  Membanggakan di Usia 22 Tahun, BPRS Bhakti Sumekar Sumbang PAD 104,3 Miliar

Selain itu, kata Tom, sebagian besar investasi Cina yang masuk pada tahun lalu murni investasi langsung. Hal ini sangat berbeda dengan realisasi investasi dari Singapura, di mana penanaman modal yang berasal dari negara tersebut merupakan perpanjangan tangan dari modal asal negara lain.

“Biasanya investor dari suatu negara akan menempatkan Singapura sebagai hub finansialnya sebelum investasi ke Indonesia. Makanya, meski modal berasal dari negara lain, namun realisasinya tercatat berasal dari Singapura. Sedangkan Cina tidak demikian, benar-benar murni Foreign Direct Investment (FDI),” ungkap dia.

Tak hanya itu,  Tom berkata, jika besarnya realisasi investasi Cina di tahun lalu disebabkan oleh besarnya nilai proyek yang digarap mereka. Menurut Tom, sebagian besar uang dari Cina dikucurkan untuk investasi pemurnian mineral mentah atau smelter dan pembangkit listrik, di mana kedua jenis proyek tersebut membutuhkan dana yang sedikit.

Karena tingginya nilai investasi Cina terhadap kedua sektor itu, tak usah ditanya jika PMA di industri logam dasar mencapai US$3,89 miliar, atau 13,43 persen dari total investasi yang masuk sepanjang 2016. Sementara, besaran PMA di sektor air, listrik, dan gas tercatat sebesar US$2,13 miliar, atau 7,35 persen dari besaran PMA.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan OPD Berburu Takjil di Bazar Ramadhan

“Menurut data kami, memang Cina lebih banyak investasi di smelter dan pembangkit listrik. Sementara itu, realisasi asal Hongkong kini sudah masuk ke perkebunan kelapa sawit dan real estate,” tutur dia. (Richard)

Related Posts

1 of 478