EkonomiHankam

Benih Padi Berbakteri dari Cina, Negara Harus Lebih Ekstra Melindungi Petani

NUSANTARANEWS.CO – Temuan belasan kilogram benih padi berbakteri dari Cina oleh Tim Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Bandara Soekarno-Hatta, sesungghunya agak sedikit tak mengejutkan. Pasalnya kasus serupa juga pernah terjadi. Dimana pada Desember 2016, para WNA asal Cina terciduk telah melakukan aktifitas illegal dengan menanam bibit cabai dan sayur-sayuran yang mengandung virus erwinia chrysantemi.

Sekalipun tak banyak diekspose media, namun keberhasilan BBKP Bandara Soekarno-Hatta beberapa waktu lalu dalam menggagalkan penyelundupan benih padi berbakteri dari Cina layak untuk diapresiasi.

Badan Karantina Pertanian Kementan menjelaskan, benih padi yang dibawa tiga WNA Tiongkok lewat Bandara Soetta, pada 28 Oktober 2017 lalu itu memiliki potensi membawa penyakit baru.

Penyakit itu dipicu organisme dari golongan cendawan, bakteri, ataupun virus. Di antaranya adalah dickeya chrysanthemi, pseudomonas syringae pv syiringae, barley stripe mosaic virus. Selain itu, ada tercatat lebih dari 10 organisme lainnya yang belum ada di Indonesia.

Baca Juga:  Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi UMKM, Pemkab Sumenep Gelar Bazar Takjil Ramadan 2024

Kepala BBKP Bandara Soekarno Hatta Eliza Suryati Roesli mengatakan, kalau benih-benih tersebut sampai masuk Indonesia dan membawa virus, tentunya akan sangat berbahaya bagi tanaman padi di Indonesia. “Mengingat, padi di Indonesia merupakan komponen terbesar di kita,” kata Eliza.

Sebagaimana diketahui salah satu sektor keberhasilan Indonesia dalam menerapkan ketahanan pangan nasional selama ini adalah melalui penanaman padi. Sejak diberlakukannya program swasembada pangan di era Presiden Soeharto tahun 1980-an, sektor pertanian padi Indonesia mengalami masa kejayaan.

Hal ini ditandai dengan melimpah ruahnya hasil produksi padi dalam negeri. Saat itu benih padi yang menjadi primadona pemerintah adalah IR 64. Varietas IR 64 pertama kali dilounching tahun 1986 oleh presiden Soeharto.

Setelah peluncurannya, nama IR64 meroket menjadi idola baru bagi para petani, karena sifatnya yang adaptif dan mudah dibudidaya. IR 64 di eranya juga termasuk jenis padi yang tahan terhadap virus kerdil rumput yang dibawa oleh WBC type 1 dan 2, serta hemat dalam mengkonsumsi air.

Baca Juga:  Pemerintah Desa Pragaan Daya Salurkan BLT DD Tahap Pertama untuk Tanggulangi Kemiskinan

Menurut Supijatno (2012), varietas IR 64 mengkonsumsi air hanya 15.93 l/tanaman dan konsumsi ini adalah yang terendah di antara varietas lain. Varietas IR 64 merupakan jenis padi yang berasal dari IRRI (International Rice Research Institute) dan pertama kali diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1986 (BBPTP 2008).

Namun kejayaan IR 64, kini hanya tinggal riwayat, menyusul banyaknya benih-banih padi baru bermunculan. Baik dalam negeri maupun luar negeri.

Temuan benih padi mengandung bakteri yang dibawa dari Tiongkok ke Indonesia beberapa waktu lalu mestinya harus menjadi perhatian serius pemerintah. Dimana negara harus semakin ekstra ketat menjaga ketahanan pangan nasional. Khususnya di sektor pertanian, mulai dari jenis benih dan bubuk yang digunakan.

Dalam hal ini negara harus hadir menyelamatkan masa depan petani Indonesia. Sebab petani adalah salah satu tulang punggung Indonesia. (*)

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 15