NUSANTARANEWS.CO – Bahaya produk Bayer dan Monsanto bagi planet Bumi. Kedua perusahaan raksasa tersebut memiliki sejarah panjang kolusi yang meracuni ekosistem kehidupan demi mendapatkan keuntungan. Presiden Trump seharusnya memveto penggabungan kedua perusahaan agribisnis tersebut terutama untuk menjamin kelangsungan hidup manusia dan planet Bumi.
Dua penelitian terbaru di Eropa menemukan bahwa jumlah burung di pedesaan Perancis telah mengalami penurunan drastis hanya dalam waktu 15 tahun, termasuk punahnya beberapa spesies karena dibasmi. Penurunan populasi burung memperkuat temuan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa lebih dari tiga perempat serangga terbang di Jerman telah mengalami kepunahan hanya dalam tiga dekade. Padahal serangga adalah sumber makanan pokok burung, sebagai penyerbuk buah, dan aerator tanah.
Biang kerok dari kepunahan massal ini adalah akibat penggunaan pestisida neonicotinoid yang agresif, khususnya imidacloprid dan clothianidin yang diproduksi oleh raksasa kimia Jerman, Bayer.
Pestisida-pestisida ini, bersama dengan herbisida glifosat beracun (Roundup), telah meracuni kupu-kupu, lebah madu dan burung.
Ironisnya, Uni Eropa bukannya melarang bahan kimia beracun ini, justru malah menyetujui merger yang bernilai hampir Rp 1000 trilyun tersebut.
Sementara glyphosate Monsanto telah dikaitkan dengan lebih dari 40 penyakit manusia, termasuk kanker. Biji transgenic-nya juga telah dimodifikasi secara genetik untuk dapat bertahan hidup dalam herbisida beracun ini.
Bayangkan, tanaman menyerap pestisida-pestisida tesebut ke dalam jaringan mereka dan kemudian manusia yang memakannya. Glifosat diketahui dapat menyerang sistem endokrin dan keseimbangan bakteri usus, merusak DNA dan
Sebuah studi glifosat pada 2014 yang dipublikasikan dalam Journal of Organic Systems: menghubungkannya dengan peningkatan besar pada penyakit kronis di AS. Ditemukan korelasi yang kuat dengan persentase jagung transgenik dan kedelai yang ditanam di AS dengan penyakit hipertensi, stroke, diabetes, obesitas, gangguan metabolisme lipoprotein, Alzheimer, Parkinson, multiple sclerosis, hepatitis C, penyakit ginjal stadium akhir, gagal ginjal akut, kanker tiroid, hati, kandung kemih, pankreas, ginjal dan leukemia myeloid.
Tapi regulator tampaknya telah menutup mata, oleh lobi-lobi pelobi perusahaan terkait agenda politik dan kekuasaan sehingga tugas melindungi kesehatan rakyat terabaikan. Bagaimana di Indonesia? (Aya)