EkonomiMancanegara

Ronde Pertama Perang Dagang AS dan Cina Telah Dimulai

Perang Dagang

NUSANTARANEWS.CO – Amerika Serikat (AS) dan Cina mulai memberlakukan pungutan bea masuk senilai US$ 34 miliar dari produk ekspor satu sama lain sebagai tembakan pertama dimulainya perang dagang global kedua negara tersebut pada hari Jum’at (6/7) tengah malam waktu setempat.

Presiden Trump telah mengumumkan akan memberlakukan bea masuk terhadap lebih dari 1.000 jenis produk Cina pada bulan Juni lalu. Trump juga mengatakan bahwa bea masuk ini akan dikenakan dalam dua tahap.

Tahap pertama, bea masuk ini diberlakukan terhadap lebih dari 800 jenis produk Cina, mulai dari robot, komponen pesawat terbang, hingga otomotif yang bernilai sekitar 34 miliar dolar.

Pada putaran pertama ini, AS memang hanya menargetkan barang-barang industri Cina yang bukan produk konsumen sebagai upaya untuk membatasi dampak pada rumah tangga AS. Meskipun begitu, perusahaan yang bergantung pada mesin atau komponen buatan Cina pada akhirnya harus menyampaikan peningkatan biaya kepada pelanggan.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan OPD Berburu Takjil di Bazar Ramadhan

Washington menggunakan pasal 301 undang-undang perdagangan AS untuk membenarkan bea masuk 25 persen tersebut. Pasal ini memungkinkan Gedung Putih mengambil langkah sepihak untuk menetapkan bahwa satu mitra dagang terlibat dalam praktek-praktek yang tak adil.

Sebelumnya, Presiden Trump telah menuduh Cina mencuri teknologi atau menekan perusahaan-perusahaan untuk menyerahkannya. Pejabat AS khawatir kepemimpinan industri AS akan terkikis oleh strategi Cina yang ingin meraih teknologi tinggi di bidang robotika, biotek dan kecerdasan buatan.

Beijing pun kemudian melakukan hal yang sama. Komisi Dewan Negara Cina menerapkan tarif ekspor terhadap 545 item produk AS, termasuk produk pertanian, kendaraan dan produk akuatik,” sebagaimana dilaporkan kantor berita Xinhua yang dikelola oleh pemerintah.

Presiden Xi Jinping telah menginstruksikan berbagai tingkat pemerintahan untuk menghadapi perang dagang penuh, kata para pejabat Cina. “Dengan kebijakan tarifnya, Trump telah memberi tantangan terbuka yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pemerintahan AS,” kata Zhu Feng, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Nanjing.

Baca Juga:  Pengangguran Terbuka di Sumenep Merosot, Kepemimpinan Bupati Fauzi Wongsojudo Berbuah Sukses

Perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini merupakan cerminan terjadinya turbulensi dalam memasuki globalisasi ketiga. Kegamangan situasi batas dan ketegangan kronis dalam hubungan internasional yang semakin multipolar di satu sisi – pada sisi lain telah melemahkan hegemoni Pax Americana. Tidak mengherankan bila Washington kemudian mengambil kebijakan proteksi di tengah meluasnya perdagangan bebas terhadap produk-produk ekspor yang terus membanjiri Amerika, termasuk kebijakan imigrasi yang semakin ketat. (Banyu)

Related Posts

1 of 3,050