NUSANTARANEWS.CO, Washington – Kepala Badan Intelijen Amerika Serikat menilai situasi keamanan di Afghanistan tengah tidak membaik menyusul bangkitnya militan Taliban. Kondisi tersebut menjadi alasan AS berencana mengirimkan kembali tentaranya dalam jumlah lebih banyak untuk memerangi ekstremis Islam yang bangkit kembali pasca dipukul mundur beberapa tahun silam.
“Situasi politik dan keamanan di Afghanistan juga akan hampir memburuk hingga 2018, bahkan dengan sedikit peningkatan bantuan militer oleh AS dan mitranya,” kata Direktur Intelijen Nasional Dan Coats pada sidang Komite Intelijen Senat seperti dikutip WJS, Sabtu (13/5/2017).
“Afghanistan akan berjuang untuk mengekang ketergantungannya pada dukungan eksternal sampai melahirkan pemberontakan atau mencapai kesepakatan damai dengan Taliban,” Coats mengatakan kepada anggota parlemen dalam memberikan penilaian tahunan mengenai ancaman terhadap keamanan nasional AS.
Baca: AS Kembali Kirim Pasukan Penumpas Taliban
Pasukan pimpinan AS telah berperang di Afghanistan selama hampir 16 tahun, menjadikannya perang terpanjang bagi tentara Amerika, namun situasi tetap buntu.
Jenderal Vincent Stewart, kepala Badan Intelijen Pertahanan, mengatakan jika situasinya tidak ditangani, aliansi pimpinan AS berisiko kehilangan keuntungan dibuatnya selama konflik yang berkepanjangan.
“Kecuali kita mengubah sesuatu … situasinya akan terus memburuk dan kita akan kehilangan semua keuntungan yang telah kita investasikan dalam beberapa tahun terakhir ini,” katanya.
Usaha baru untuk memperkuat upaya tersebut mencakup pengiriman penasihat AS dan NATO serta batalion untuk membantu komandan Afghanistan mengkoordinasikan gerakan pasukan dengan bantuan artileri, intelijen atau dukungan udara.
Taliban, yang pertama kali muncul pada pertengahan 1990-an di Afghanistan selatan, berhasil menaklukkan sebagian besar negara itu sebelum penggulingan tahun 2001, dengan bantuan sejumlah jihadis asing, termasuk Pakistan, Saudi dan Chechnya.
“Taliban kemungkinan akan terus melakukan perlawanan, terutama di daerah pedesaan,” kata kepala mata-mata AS, menambahkan bahwa upaya untuk mendukung militer lokal kurang berbuah daripada yang diharapkan.
“Kinerja pasukan keamanan Afghanistan mungkin akan memburuk karena kombinasi operasi Taliban, korban tempur, desersi, dukungan logistik yang buruk, kepemimpinan yang lemah,” katanya.
“Afghanistan akan berjuang untuk mengekang ketergantungannya pada dukungan eksternal sampai melahirkan pemberontakan atau mencapai kesepakatan damai dengan Taliban,” kata dia menambahkan.
Berita terkait: Inggris Kembali Kirim Pasukan Ke Afghanistan
Amerika memiliki sekitar 8.400 tentara di Afghanistan. Sebagian besar tergabung dalam misi NATO sebanyak 13.300 tentara untuk melatih dan memberi saran kepada pasukan mitra Afghanistan yang memerangi Taliban.
Bulan lalu, Amerika Serikat menjatuhkan bom non-nuklir terbesar yang pernah ditempatkan dalam pertempuran di Afghanistan, yang menargetkan sebuah kompleks kelompok Negara Islam. (ED)
Editor: Eriec Dieda