Mancanegara

AS Ingin Menghancurkan Venezuela Seperti Irak dan Libya

AS Ingin Menghancurkan Venezuela
AS Ingin Menghancurkan Venezuela

NUSANTARANEWS.CO – Amerika Serikat (AS) ingin menghancurkan Venezuela seperti Irak dan Libya. Kegagalan kudeta pada 30 April lalu oleh Juan Guaido – yang mendapat dukungan Washington, telah membawa kehidupan di Venezuela menjadi tidak stabil. Peristiwa kudeta itu sendiri terlihat sangat aneh karena dalam waktu singkat, hanya hitungan jam, sudah dikalahkan tanpa campur tangan militer. Sehingga banyak orang bertanya-tanya apakah ini benar-benar kudeta yang direncanakan? Atau hanya sekedar membangun opini di media mainstream barat sebagai “fitnah” kediktatoran Maduro dan penderitaan rakyat Venezuela karena kesalahan pemerintah. AS ingin menghancurkan Venezuela dengan terus membangun opini tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Yang pasti, hari ini rakyat Venezuela sangat menderita karena sanksi AS yang kejam tanpa belas kasihan. Genderang perang terus ditabuh oleh Pompeo, Bolton, Pence, dan bahkan Presiden Trump untuk menggulingkan Presiden Maduro yang terpilih secara demokratis.

Segala macam cara jahat pun digunakan oleh Washington untuk menghabisi Maduro. Mulai dari tuduhan palsu, upaya pembunuhan, hingga kudeta. Upaya kudeta yang dilakukan oleh Guaido-Lopez akhir bulan April lalu, tidak mungkin berani dilancarkan bila tidak mendapat dukungan penuh dari Washington.

Baca Juga:  Inggris Memasuki Perekonomian 'Mode Perang'

Satu hal yang mungkin tidak disadari oleh uncle Sam adalah dukungan kuat dari militer Venezuela yang memiliki karakter revolusioner Simon Bolivar kepada Presiden Maduro. Di samping tentu saja dukungan kuat dua pertiga rakyat Venezuela yang menggunakan hak pilihnya dalam pemilu – artinya ada 6 juta orang yang siap mempertahankan kedaulatan tanah airnya dari campur tangan asing. Di luar itu, Venezuela juga memiliki teman yang solid: Rusia, Cina dan Iran.

Meskipun begitu, AS tampaknya tidak akan melepaskan Presiden Maduro. Mengapa? Ingat nasib Presiden Irak, Saddam Hussein dan Pemimpin Libya, Muammar Qaddafi. Kedua pemimpin tersebut digulingkan dan negaranya dihancurkan tanpa perlu alasan – karena mereka mulai memperdagangkan minyak dengan menggunakan mata uang lain. Bagi Washington, kebijakan tersebut merupakan ancaman langsung terhadap keamanan nasional Amerika. Itu adalah dosa besar yang tidak terampuni.

Dengan kata lain, AS ingin menggulingkan Presiden Maduro karena Venezuela telah menjadi ancaman besar terhadap hegemoni “dolar AS” di seluruh dunia – di mana negeri Bolivarian ini telah menghentikan penjualan hidrokarbonnya dengan dolar AS dalam beberapa tahun belakangan ini. Bagi AS, ini adalah pelanggaran berat yang tidak terampuni. Dosa besar. Hukumannya mati, seperti Saddam dan Qaddafi.

Baca Juga:  Keingingan Zelensky Meperoleh Rudal Patriot Sebagai Pengubah Permainan Berikutnya?

Bagi AS, dengan mempertahankan hegemoni dolar maka Pax Americana akan tetap berlanjut di abad ke-21 ini. Artinya sistem moneter globalisasi ketiga boleh jadi tetap distandarisasi oleh dolar yang dikendalikan oleh FED dan bank-bank di New York dan London dalam transfer internasional. Khusus untuk perdagangan komoditas energi hidrokarbon, hukumnya wajib menggunakan dolar Amerika.

Bila kontinuitas ini bisa dipertahankan, maka AS dapat mencetak “dolar” sebanyak yang diperlukan untuk mengendalikan ekonomi dunia. Siapa yang tidak patuh dengan aturan main ini, Washington akan menghukum mereka dengan sanksi dan penyitaan aset di luar negeri, karena semua transaksi global dikendalikan oleh sistem perbankan AS. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,070