Budaya / SeniPuisi

Api Perawan Madura tak Pernah Padam – Puisi Sugik Muhammad Sahar

API PERAWAN MADURA TAK PERNAH PADAM

Untuk sahabat: Mahwi Air Tawar

 

Kuciumi lekuk tubuhmu

Yang lahir dari dekapan benua hingga punggung khatulistiwa

Menyusuri lautan madu bagi hidup segala

Dari sisa-sisa payudara dan rahim-rahim cintamu

 

Sumenep, kabarkanlah pada angin sakal

Sebelum Wiraraja habis kekuatan

Sebab, apa arti sebuah makna

Tanḍhu’ majâng serta Olle-Ollang

Setelah pasir Legghung mulai dirambat tambak udang

Kelak, dimana upacara petik laut di laksanakan

 

Pamekasan, di taji lancormu kuselipkan nyanyian gerbang salam

Sedalam hisapan linting tembakau

Sebelum para petani pergi dengan dada kerontang

Sebab hanya kita yang paham

Garis tubuh dan batas cakrawala sebelum datang si tuan jalang

 

Sampang, ini bukan sajak penghabisan

Lantaran didih garammu adalah pamor-pamor kerinduan

Sebagaimana pertemuan lelaki nelayan dengan ibu-ibu penjual ikan

Dan Pasar Tanjhung hanyalah riwayat kenangan bagi mereka yang berpulang

 

Bangkalan, kutenun batik lesapmu

Hingga balut putih tulang, melarungkan sulur-sulur impian

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Mari bergegas, singsingkan lengan baju

Menyambut derap sepatu pelancong dan para tetamu

 

Jadi, siapa hendak menjadi arang

Bagi setiap desah api perawan

Sementara kerapan-kerapan doa

Empat tugu semesta raya

Begitu mengalif ke ubun-ubun langit

Bung, karena laut tak pernah kering, lautkah aku?

 

Pamekasan 2017

 

TEGAK LURUS DENGAN AREK LANCOR

Untuk Ar

 

Maka, kubiarkan tubuh ini mengendarai malam

Seperti penjual kopi, perlahan mulai mencemaskan pelanggan

Barangkali inilah caraku meluruskan kerinduan

Di tugu arek lancor, ke arah jam sembilan

 

Kau di sana, aku di sini

Pohon tidak tumbuh tergesa-gesa, ucapmu

Aku tak tau mana lebih sunyi

Dering telepon atau sajak-sajakku

Sebab, di sepertiga malam kau sanggup menubuh dengan waktu

 

Ada yang tak biasa malam ini

Tentang jejak petualangan yang makin samar

Hingga beberapa sketsa mimpi yang belum dirampungkan

Ternyata, tak ada yang lebih tabah dari kesendirian

Hanya di dalam kalbu

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Perjumpaan kau dan aku terasa menggebu

 

Kemudian kita tak pernah menyangka

Jarak adalah batas kepastian

Sebelum kita melancor di tugu yang sama

 

Ar, Pukul 02.00 dini hari

Wajahmu makin tengelam ke dasar kopi

 

Pamekasan 2017

 

MEMBACA TANDA-TANDA

Kepada Guru: Mamat Ruhimat

 

Membaca tanda-tanda dirimu

Barangkali tak perlu kuselami debur ombak di lautan

Melihat usia yang meranggas dari keriput arimu

Juga sisa-sisa angka kalender

Yang jatuh di halaman rumahmu

 

Aku masih teringat saat membaca koran waktu itu

Tentang seorang lelaki sederhana

Yang terus menggadaikan mimpinya

Di kota-kota, di desa-desa, menunjuk ke langit, lalu ke bumi

Tanpa jaminan, pada mimpi yang ditebusnya dengan doa airmata

 

Barangkali kau sudah tau

Usia memang bukan patokan untuk menggadaikan kesetiaan

Seperti katamu; segala yang datang pasti akan pergi

dan setiap kepergian akan singgah di tempat lain lagi

 

Dan kini,

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Ketika matahari tenggelam ke ujung paling langit

Segala riwayat dan kesaksian para malaikat

Kau senantiasa diberangkatkan oleh cahaya yang sama

Ulama, umaro’ lebur dalam satu

 

Pamekasan 2017

 

Sugik Muhammad Sahar
Sugik Muhammad Sahar

Sugik Muhammad Sahar  lahir di Pamekasan, 30 Mei 1985 Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan 69382. Alumnus Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Madura. menulis puisi menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa madura beberapa cerpen, artikel kebudayaan madura. Karya-karyanya dipublikasikan di: Radar Madura, Jawa Post, Sastra Sumbar, Mimbar Pendidikan Agama Islam dan lainnya. Antologi bersama penyair lain: Kumpulan Puisi Penyair Empat Negara “Pasie Karam” Meulaboh  Aceh Barat 2016, Kumpulan Puisi “Kopi Penyair Dunia” Tekangon Aceh Tengah 2016, Anugerah Penerbit Mayor “Lusi Keluar Kota” 2010 dan  Pada tahun 2009 memenangkan Lomba Cipta Puisi Spontan Tingkat Mahasiswa se Madura yang diadakan oleh Teater Akura (Universitas Madura).

Saat ini mengabdi di MA/MTs Al-Hamidy Banyuanyar Putri. Email [email protected] (0853-3648-6688).

Related Posts

1 of 123