NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ancaman mogok kerja para pilot Garuda Indonesia, Rabu (2/5/2018) memunculkan kekhawatiran terhadap nasib maskapai penerbangaan milik BUMN ini kedepan. Tentu kasus Garuda diharapkan tidak akan berakhir seperti kasus dua perusahaan jasa transprtasi Perancis, Air France dan kereta api SNCF.
Pada pertengahan April 2018 lalu, kedua jasa transportasi terbesar milik Perancis tersebut, lumpuh total. Setelah seluruh jajaran karyawan dari dua perusahaan Air France dan kereta Api SNCF melakukan aksi mogok kerja.
Selama waktu tiga bulan, para jajaran pilot maupun masinis melakukan aksi mogok. Mereka mogok kerja dua hari dalam seminggu. Dalam hal ini mogok mereka bukan berarti berhenti total, melainkan kuantitas operasionalnya berkurang.
Kekhawatiran inilah yang ditakutkan akan dilakukan para pilot Garuda Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda serta Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga). Sekarga sendiri mengaku kecewa dengan kondisi perusahaan Garuda Indonesia saat ini. Sebuah kekecawaan yang berujung pada ancaman aksi mogok kerja.
Baca Juga:
Komitmen Kebersamaan untuk Garuda Indonesia yang Lebih Baik
Soal Garuda Indonesia: Sudah Rugi (Malah) Nambah Direksi
Dalam keterangan persnya dikutip dari Liputan6, Sekarga membeberkan kondisi keuangan Garuda Indonesia yang semakin hari semakin merosot. Ketua Sekarga, Ahmad Irfan Nasution mengatakan ancaman mogok kerja kali ini bukan karena mereka tidak cinta dengan perusahaan kebanggaan bangsa Indonesia itu, melainkan justru karena rasa cinta mereka ini yang membuat para pilot peduli.
Sekarga dalam hal ini menegaskan, para pilot dan karyawan lain, tak terima ada pihak tertentu yang sengaja ingin menghancurkan Garuda. Aksi ini, lanjut dia adalah bukti cinta mereka terhadap perusahaan jasa penerbangan berplat merah tersebut.
“Intinya mogok bukan tujuan kami, kami cinta dengan perusahaan ini. Tetapi kalau ada yang ingin menghancurkan perusahaan ini, kami keberatan dengan hal itu,” tegas Ahmad Irfan Nasution.
Tuntutan Sekarga ini berlaku selama 30 hari kerja. Jika tidak dipenuhi, lebih dari 1300 pilot yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda akan melakukan mogok kerja dan tentu akan berdampak signifikan pada jadwal penerbangan.
Sekarga juga mendesak Presiden Joko Widodo, Kementerian BUMN, serta para pemegang saham segera merestrukturisasi direksi Garuda Indonesia dengan mencopot Direktur Kargo yang dianggap tidak dibutuhkan, dan mencopot Direktur Personalia yang membuat kebijakan bertentangan, seperti menghapus pelayanan antar jemput pilot Garuda.
Sementara itu, Direktur Operasional Garuda Indonesia Triyanto Moeharsono berharap aksi mogok itu tidak terlaksana lantaran akan berdampak pada terhentinya seluruh pelayanan kepada pengguna jasa penerbangan maskapai milik negara tersebut. Mengenai ancaman mogok kerja, Triyanto menilai lantaran ketidakpuasan atas hasil rapat umum pemegang saham.
Pewarta: Alya Karen
Editor: Romandhon