Hankam

Ancaman Generasi Ketiga Terorisme Berbentuk Disentralisasi

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) Ryamizard Ryacudu menerangkan ancaman radikal dan terorisme generasi ketiga setelah Al-Qaeda memiliki sifat-sifat alamiah yaitu berbentuk desentralisasi ke dalam wilayah provinsi-provinsi.

“Mereka juga berbentuk sel-sel tidur serta Operasi Berdiri Sendiri (Lone Wolf) dan radikalisasi dengan online, media sosial dan penggunaan teknologi canggih,” jelas Menhan Ryamizard saat memberikan kuliah umum di School of International Studies S Rajaratnam, Singapura, Kamis (8/2/2018).

“Daulah Islamiyyah Katibah Nusantara yang merupakan aliansi dari Divisi Islamic State Asia Timur yang merupakan penggabungan antara Islamic State Phillipines, Islamic State Malaysia dan Islamic State Indonesia di bawah kendali struktur ISIS Pusat yang dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi yang berbasis di Syria dan Irak,” imbuhnya seperti dikutip dari pernyataan tertulis Kementerian Pertahanan RI di Jakarta..

Menurut Ryamizard, Filipina juga akan tetap menjadi teater yang paling penting bagi ISIS di Asia Tenggara di masa yang akan datang. Para rekrutan ISIS yang dilatih di Filipina cenderung menargetkan negara-negara di kawasan ini, termasuk di Indonesia.

Baca Juga:  HUT TNI-79: Kodim Nunukan Gelar Lomba PBB Tingkat Pelajar

“Kemudian dari Poso ke Bima dan berlanjut ke Bali sebagai tempat transit. Kemudian bergerak ke Malang, selanjutnya Solo dan Yogyakarta di Jawa Tengah, Tasikmalaya, Jawa Barat berlanjut ke Solo, Jakarta dan Banten di Provinsi Lampung, Riau dan Aceh,” kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini.

Selain perkembangan ISIS di kawasan Laut Sulu dan Filipina Selatan yang terus menghantui, Menhan berpesan, saat ini juga perlu menaruh perhatian khusus atas krisis Rohingnya di Rakhine State, Myanmar.

Menhan menambahkan, soft launching `Our Eyes` pada tanggal 25 Januari 2018 yang lalu di Bali diharapkan akan dapat memperkuat ketahanan dan kerja sama regional. “Konsep ini adalah murni kerjasama untuk mengatasi Ancaman Terorisme dan radikalisme di kawasan tanpa adanya agenda Politik di dalamnya,” tegasnya.

Ryamizard mengungkapkan ada tiga hal yang menjadi prioritas dalam Kerangka Kerja “Our Eyes” ini, diantaranya pemantauan lalu lintas keuangan kelompok teroris ke kawasan ASEAN.

Baca Juga:  Lanal Nunukan Berhasil Gagalkan Penyelundupan Shabu Dari Malaysia

“Kita juga melakukan pemantauan para pejuang ISIS yang kembali dan keluar masuk kawasan. Berdasarkan data kami ada sekitar 31.500 Pejuang ISIS asing yang bergabung di Syria dan Irak, dari jumlah tersebut 1000 berasal dari Asia Tenggara serta 800 dari Indonesia,” papar Menhan. Konsep yang ketiga dari kesepakatan `Our Eyes` adalah pemantauan media sosial.

Menhan menilai saat ini negara-negara di ASEAN perlu membentuk kelompok kerja baru untuk mengidentifikasi bagaimana para teroris menggunakan media sosial. “Kita mesti mengetahui apa yang tengah mereka gunakan, dan cara untuk menghentikan penyebarannya,” tutur Menhan.

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S

Related Posts

1 of 34