NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui bank sentral, telah memperkenankan sejumlah perusahaan fintech asal Cina masuk ke Indonesia. Diantaranya adalah Alipay dan WeChat Pay.
Menanggapi hal itu, CEO Paytren, Yusuf Mansur mengaku percaya pada pemerintah. Menurut dia, pemerintah pasti mempunyai strategi untuk melindungi agar penyedia platform perusahaan fintech di dalam negeri tetap kuat menghadapi gempuran Alipay dan WheChat Pay.
“Ya bismillah lah. Percaya pemerintah akan punya strategi. Kemudian punya cara membuat orang orang di dalam ini kuat. Sekuat mereka,” kata Yusuf Mansur di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (13/2).
Baca Juga: Hadapi Kepungan Cashless Money Cina, CEO Paytren: Kita Harus Berdiri Tegak
Meski demikian, dirinya mengaku tidak khawatir dalam persaingan cashless money (pembayaran non tunai) di dalam negeri. Yusuf berpandangan bahwa dalam hal ini semangat yang dibangun adalah semangat sinergi.
“Dan kita semangatnya kan sinergi, siapa tahu kita bisa sinergi. Yang penting kan kesetaraan,” pungkasnya.
Sebagai informasi saat ini sejumlah dombet online ramai ramai berebut pasar online di Indonesia. Beberapa penyedia flatform asing seperti Alipay yang menggandeng DANA, WeChat Pay, dan kemudian Ovo terus bersaing berebut pengaruh.
Baca Juga: Disahkannya Alipay Bisa Menjadi Ancaman Kedaulatan Uang Non Tunai Dalam Negeri
Bahkan pemerintah sendiri melalui BUMN, baru baru ini telah mengumumkan akan meluncurkan fintech baru bernama LinkAja untuk mentralisir persaingan Ovo, Go-Pay dan DANA yang berada di bawah bendera Alipay.
LinkAja merupakan fintech pembayaran uang elektronik yang merupakan gabungan dari BUMN. LinkAja bakal dirilis 21 Februari mendatang.
Dua fintech pembayaran yang akan bergabung ke dalam LinkAja adalah TCash dan TBank. TCash adalah aplikasi milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Sementara TBank adalah uang elektronik besutan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).
Pewarta: Romandhon