NUSANTARANEWS.CO – Arab Saudi akhirnya angkat suara terkait krisis kemanusiaan di Rakhine State, Myanmar. Sebelumnya banyak pihak yang heran Arab Saudi seperti tidak turut berkomentar menyaksikan etnis muslim Rohingya berhamburan keluar dari Rakhine State menyusul adanya tindakan kekerasan yang berbau pembersihan etnis (ethnic cleansing).
Berbicara di depan sidang tahunan Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir mengatakan bahwa negaranya sangat mengecam keras pemerintah Myanmar atas kebijakan represif terhadap minoritas Muslim Rohingya.
“Negara saya sangat prihatin dan mengutuk kebijakan represi dan pengusiran paksa yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap minoritas Rohingya,” kata Adel saat berpidato di Majelis Umum PBB di New York seperti dikutip Reuters.
Bangladesh dan organisasi bantuan kemanusiaan kini tengah berjuang untuk membantu sedikitnya 422 ribu Muslim Rohingya yang telah tiba di kamp-kamp pengungsian sejak 25 Agustus lalu.
Serangan dari militan Rohingya memicu tindakan keras tak berperikamanusiaan Myanmar dan PBB segera mencap bahwa tindakan tersebut sebagai sebuah upaya pembersihan etnis.
Krisis kemanusiaan telah menjadi buah bibir masyarakat dunia. PBB kemudian memutuskan untuk membahas permasalahan tersebut karena krisis kemanusiaan itu tercatat sebagai tragedi kemanusiaan terbesar abda 21.
Sementara pihak pemerintahan Myanmar masih bersikeras bahwa operasi yang dilakukan terhadap minoritas Rohingya sebagai tindakan yang dibenarkan karena dalih ingin memerangi militan ARSA. Sayangnya, jumlah anggota militan yang relatif kecil justru disikapi berlebihan oleh otoritas keamanan Myanmar sehingga memaksa ratusan ribu warga melarikan diri serta ratusan lainnya tewas dan tebunuh. (ed)
(Editor: Eriec Dieda)