NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Harga cabai yang melonjak sempat memusingkan ibu-ibu dan para pecinta cabai di Jawa Timur (Jatim). Diprediksi kepusingannya tidak lama lagi berakhir. Sebab, harga cabai diperkirakan akan turun seiring dengan kenaikan produksi cabai di Jatim.
Kepala Dinas Perindustrian dan perdagangan (Disperindag) Jatim, Ardi Prasetiawan mengatakan Produksi cabai Jawa Timur pada bulan Januari sebesar 7 ribu ton diperkirakan akan naik menjadi 25 ribu ton pada akhir bulan ini hingga Maret. Kenaikan produksi itu terjadi karena bertambahnya luas panen.
Pada Januari lalu luas panennya hanya 2.129 Ha, sedangkan di akhir Februari hingga Maret luasnya mencapai 6.414 Ha. “Pada periode Maret sampai April bahkan luas panennya hingga 7.344 Ha atau bisa disebut panen raya, karenanya jumlah stok cabai akan melimpah,” kata dia di Surabaya, Kamis (9/2/2017).
Ardi menjelaskan harga cabai mampu mempengaruhi kenaikan inflasi pada Januari lalu, meskipun cabai bukan satu-satunya pencetus kenaikan inflasi. Pada Januari, Jatim mengalami inflasi sebesar 1,52% atau lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 0,97%. Dengan bertambahnya produksi cabai diharapkan mampu menghasilkan deflasi, serta menciptakan stabilisasi harga.
Sementara itu, berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, disamping cabai sebagai sebagai komoditas yang memberikan andil besar terhadap kenaikan inflasi, faktor lain adalah pulsa ponsel, tarif listrik dan kenaikan bensin. “Sedangkan komoditas yang memberikan andil terjadinya deflasi di Jatim diantaranya adalah bawang merah, telur ayam ras, angkutan udara dan tarif kereta api,” jelasnya.
Dari delapan kota Indeks Harga konsumen (IHK) di Jawa Timur, ungkapnya, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Surabaya yakni 1,75%, sedangkan inflasi terendah di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,66%.
Penulis: Tri Wahyudi