Kesehatan

Agar Tak Terbunuh Dokter Ahli Kanker, Tips Dr. Makoto Kondo (Bagian 2)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sebelumnya telah diungkapkan tips dari dokter Makoto Kondo membeberkan ihwal paradigma terbaru menghadapi ancaman penyakit kanker. Kaitannya dengan penyakit kanker, salah satu nasehat dokter Makoto Kondo adalah menemukan kanker sejak dini, kata dia sebenarnya juga percuma.

Karena sejak lahirnya sel-sel induk kanker pertama pada saat itu, masa atau waktu kanker merenggut nyawa seseorang itu telah dipastikan. Hanya saja, karena ditemukan lebih awal, maka “waktu bertahan hidup” pada permukaan secara relatif menjadi lebih lama.

“Jadi dalam pelbagai situasi, kita harus melihat ‘tingkat kelangsungan hidup 10 tahun’, dengan begitu baru bisa menentukan seseorang yang menderita kanker itu apakah bisa disembuhkan atau tidak,” tulis dokter perintis Breast Conservation Therapy di Jepang.

Menurutnya, operasi adalah cedera serius buatan (manusia). Setelah operasi, fisik akan menurun tajam. Sangat rentan terinfeksi, bahkan tidak tertutup kemungkinan akan meninggalkan sequela yang sulit disembuhkan.

Selanjutnya, meninggal di atas meja operasi juga merupakan hal yang biasa terjadi. Jika dokter menganjurkan Anda untuk operasi, maka sebaiknya Anda pertimbangkan dan renungkan lagi. Apa yang akan terjadi seusai operasi. Semakin rinci pertimbangan Anda, tentunya semakin baik.

Baca Juga:  Hari Kesehatan Mental Sedunia, Khofifah Ajak Masyarakat Peduli Terhadap Sesama

Pepatah dalam komunitas medis mengatakan, “Begitu operasi dilaksanakan, maka sel-sel kanker akan bergejolak, dan murka.” Karena operasi, ungkap Makoto Kondo, akan meninggalkan bekas luka, dan bekas luka itu merusak benteng dari sel-sel normal. Selanjutnya sel-sel kanker dalam darah itu akan memanfaatkan kesempatan dan meresap ke dalam. Mempercepat pembiakan, hingga pada akhirnya meletus dan menyebar ke mana-mana.

Mengenai kemoterapi, kata Makoto Kondo, itu sangat beracun. Kanker dewasa yang bisa disembuhkan secara kemoterapi hanya ada empat jenis. Yakni, leukemia akut, limfoma ganas, kanker testis dan kanker koriokarsinoma. Namun, beberapa jenis kanker ini hanya menduduki sekitar 10% dari semua jenis kanker.

Apakah kemoterapi dapat memperpanjang hidup penderita masih harus dibuktikan lebih lanjut, lagipula racun obat itu sangat keras, dapat berefek samping yang serius.  Semakin tinggi usia, dan semakin lama waktu/masa merokok, maka toksisitas kemoterapi akan tampak lebih jelas.

Selanjutnya, nasehat Makoto Kondo adalah sebesar 90% dari penyakit kanker, terlepas diobati atau tidak, masa bertahan hidupnya sama. Bagaimanapun maju dan mutahirnya perkembangan medis, kanker yang sebenarnya itu mustahil bisa disembuhkan hanya mengandalkan tenaga manusia.

Baca Juga:  Hari Polio Sedunia, Cagub Luluk Ajak Gerakan Pencegahan Polio

Adapun mengenai cerita-cerita yang menyentuh tentang “hidup kembali secara ajaib”, “kanker lenyap tak berbekas” atau cerita semacam itu sebagian besar berhubungan dengan pseudo kanker atau kanker palsu/semu.

“Pseudo kanker” sama seperti jerawat, abaikan saja. Karena secara alami akan hilang dengan sendirinya, namun, para dokter bersangkutan justru mempropagandakan sehebat-hebatnya melalui media cetak atau eletronik menghembuskan kata-kata bersifat promosi “kami telah berhasil menyembuhkan kanker.”

Meskipun dokter telah memastikan bahwa Anda terserang kanker, namun, jika Anda tidak merasakan derita/siksaan dari penyakit itu, maka lebih baik menunggu sambil mengamati/memantau (penyakit) terkait.

Tapi, jika memang Anda benar-benar ingin mengobatinya, maka coba Anda periksa sebentar, dan pertimbangkan apakah diagnosis dokter itu benar. Operasi berjalan sukses ≠ kanker berhasil disembuhkan. Sekalipun operasi itu berjalan lancar dan sempurna, namun, kanker padat yang sesungguhnya itu juga pasti akan kambuh.

Makin “canggih” dalam proses terapi itu, semakin harus Anda waspadai. Cukup banyak teknologi yang masih dalam tahap percobaan, tapi, begitu dimahkotai dengan kata “canggih”, penderita akan patuh saja ibarat kerbau dicocok hidungnya.

Baca Juga:  Pemerintah Lakukan Uji Coba Pemberian Makan Bergizi Gratis di Nunukan

Intinya, lebih baik Anda berhati-hati dengan terapi yang disertai kata “canggih” itu. Metode pemeriksaan melalui pancaran sinar-X 360 ° secara keseluruhan, mengambil gambar secara cross-sectional (potong –lintang) bagian dalam tubuh (pasien).
Baca: Agar Tak Terbunuh Dokter Kanker, Tips Dr. Makoto Kondo (Bagian 1)

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 3