NUSANTARANEWS.CO – Afrika Selatan kini menjadi pemasok senjata utama bagi Arab Saudi. Ketika negara-negara barat seperti Amerika Serikat (AS), Jerman, Inggris dan Itali mulai melarang penjualan senjatanya kepada Arab Saudi dan UEA – Afrika Selatan terus menjual dan meningkatkan ekspornya dan bahkan kemungkinan besar akan segera menjadi pemasok senjata terbesar bagi negara-negara Arab.
Hubungan antara Afrika Selatan, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab belakangan ini memang terlihat semakin meningkat terutama terkait perdagangan senjata yang dipergunakan dalam Perang Yaman yang jelas-jelas melanggar Hak Azasi Manusia (HAM).
Padahal Afrika Selatan, secara historis adalah salah satu negara yang berkomitmen untuk melindungi hak asasi manusia. Dan secara konstitusional dengan tegas melarang kemitraan militer dengan negara-negara pelanggar HAM – sebagai cara untuk memperbaiki kesalahan masa lalunya yang sangat rasis
Oleh karena itu, Afrika Selatan berusaha untuk menjadi negara yang membela prinsip-prinsip demokrasi dan kemanusiaan serta berkomitmen untuk memerangi pelanggaran hak-hak tersebut tidak hanya di wilayahnya tetapi juga di panggung internasional.
Kini tanpa malu-malu demi kepentingan ekonomi yang sangat menguntungkan, Afrika Selatan secara terbuka telah melanggar prinsipnya sendiri dan lebih mengutamakan keuntungan daripada prinsip konstitusionalnya sebagai pemasok senjata terbesar untuk Arab Saudi yang menjadi negara agresor tak bermoral dalam Perang Yaman yang menimbulkan krisis kemanusiaan terbesar di Abad 21.
Menurut Lucas Leiroz, peneliti hukum internasional di Universitas Federal Rio de Janeiro, Afrika Selatan secara progresif telah mengambil peran utama dalam perdagangan senjata dan peralatan militer untuk Arab Saudi dan UEA.
Perang Yaman telah menjadi salah satu sumber bisnis paling menguntungkan bagi ekonomi Afrika Selatan. Perdagangan peralatan militer antara Afrika Selatan, Arab Saudi dan UEA, pada tahun 2013, hanya mewakili 3% dari total ekspor senjata Afrika Selatan. Jumlah ini melonjak menjadi 42% pada tahun 2015 dan 49% pada tahun 2016, yang menunjukkan peningkatan yang luar biasa dalam kemitraan ini. Data yang lebih baru belum diumumkan, tetapi diperkirakan, secara total, Afrika Selatan telah memperoleh keuntungan sebesar US$ 550 juta dari penjualan senjata selama perang Yaman.
Senjata yang dijual ke Arab Saudi dan UEA antara lain drone, mortir, kendaraan lapis baja, dan bom-bom yang mematikan. Sebagian besar senjata diproduksi oleh perusahaan Afrika Selatan Rheinmetall Denel Munitions (RDM), yang pada 2016 membuka pabrik di Arab Saudi sehingga meningkatkan arus barang tanpa biaya impor yang tinggi.
Sementara AS dan Inggris telah meraih keuntungan miliaran dolar selama Perang Yaman. AS menjual lebih dari 13 miliar dolar senjata ke Arab Saudi dan UEA. Inggris bahkan mencapai lebih dari US$ 20 miliar dari negara-negara Arab.
Jika terus berlanjut dan negara-negara barat benar-benar menghentikan pasokannya – maka Afrika Selatan jelas akan meraih keuntungan miliaran dolar ke depannya meski harus melanggar hukumnya sendiri. (Agus Setiawan)