Ada Apa Dengan Penguasa?
Masyarakat kembali disajikan diksi-diksi baru yang semakin membingungkan dan tak masuk akal ketika Jokowi, melalui akun media sosialnya meminta masyarakat agar berdamai dengan Covid-19 hingga vaksin virus tersebut ditemukan. Sontak himbauan ini menuai banyak protes dari berbagai kalangan.
Oleh: Ummu ‘Athifah
Ironis, itulah kata yang hanya bisa terucap dalam menghadapi fakta-fakta yang tersaji di tengah publik saat ini. Belum berakhir rasa takut, was was, dan khawatir masyarakat terhadap pandemi Covid-19 yang kapan saja dapat menjadikan mereka sebagai korban selanjutnya, kini kelaparan pun mulai ikut menghantui, PHK terjadi dimana-mana, sederet usaha kecil dan menengah ditutup – karena penerapan PSBB yang terlihat tak tentu arahnya dan sederet kebijakan lain yang dianggap pemerintah sebagai upaya penekanan penyebaran wabah di Indonesia.
Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Cabang, Bekasi, mengaku khawatir dengan pernyataan Presiden Jokowi yang meminta masyarakat untuk hidup berdamai dengan Covid-19 sampai vaksin untuk penyakit ini ditemukan. “Kami was-was terhadap pernyataan tersebut, takutnya diartikan ya sudah kita terima saja,” ucap Ketua ARSSI cabang kota Bekasi, Dokter Eko S. Nugroho kepada wartawan, Senin, (11/5).https://www.kedaipena.com/jokowi-minta-masyarakat-damai-dengan-corona-asosiasi-rumah-sakit-swasta-khawatir/)
Anggota Komisi IX DPR RI, Muchamad Nabil Haroen juga menilai, ada dua perspektif yang dapat dilihat dari pesan Presiden Jokowi yang mengajak masyarakat Indonesia untuk berdamai dengan Covid-19 sampai ditemukannya vaksin. Pertama, pemerintah harus lebih serius dan fokus dalam penanganan Covid-19. Karena kita melihat ada beberapa hal yang inkonsisten dan tidak terkoordinasi. Misal kebijakan antar kementerian yang tidak sinkron yang membuat masyarakat menjadi bingung. Lalu yang kedua, kata Gus Nabil sapaan karibnya, Presiden Jokowi menyampaikan itu dalam konteks agar masyarakat Indonesia bersiap pada tahapan-tahapan yang lebih luas, dari penanganan Covid-19. (https://www.kedaipena.com/soal-jokowi-ajak-masyarakat-damai-dengan-corona-dpr-singgung-inkonsistensi-pemerintah/)
Tentu saja Seruan agar “hidup damai” dengan corona sebelum ditemukan vaksin menegaskan kepada kita semua bahwa pemerintah berupaya untuk lepas tangan dalam penanganan wabah. Tenaga medis dibiarkan maju ke medan perang dan rakyat dilepaskan ke rimba belantara tanpa perlindungan. Lagi dan lagi nyawa masyarakatlah yang kembali menjadi korbannya.
Inilah fakta buah sistem karya cipta buatan manusia. Mereka tak akan pernah ragu untuk melakukan berbagai upaya agar hawa nafsu mereka bisa dengan mudah di dapatkan, sekalipun harus menjadikan orang lain sebagai tumbalnya.
Sungguh wabah ini semakin menyadarkan kita akan buruknya tata kelola pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada rakyatnya. Rakyat diminta untuk berusaha sendiri menyelamatkan nyawanya dan keluarganya dari ancaman virus yang menyebar, bahkan ancaman kematian karena kelaparan. Sedangkan kebijakan mereka, semuanya hanya tertuju pada kepentingan pribadi mereka dan para kapital yang menjadi penyokong mereka.
Hal ini kontras dengan aturan Islam yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang dampaknya dapat dirasakan oleh semua pihak tanpa ada satupun yang terdzolimi. Salah satu sifat yang dituntut ada dalam diri pemimpin adalah cepat dalam penanganan kemaslahatan rakyatnya. Bukan justru kepentingan perorangan yang memberi kepentingan pribadinya. Wallahu a’lam bi ash sawab. (ed. Alya Karen).