Ekonomi

Pesawat Rusia Dinilai Tak Cocok Bagi Merpati Untuk Mengudara Kembali

Pesawat Rusia Sukhoi Super Jet 100 (Foto Istimewa)
Pesawat Rusia Sukhoi Super Jet 100 (Foto Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Maskapai penerbangann Merpati Nusantara Airline dikabarkan akan kembali mengudara. Menurut Mantan Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub yang kini masuk ke dalam Tim Penyelaras Merpati, Suprasetyo masih belum tahu persis mengenai jenis pesawat yang akan digunakan Merpati nantinya. Namun kabarnya investor baru Merparti akan memakai pesawat bikinan Rusia.

Jika yang dimaksud pesawat dari Rusia itu adalah jenis Sukhoi, maka dirinya menilai kurang cocok. Hal sama juga diungkapkan oleh pengamat penerbangan nasional Arista Atmadjati.

“Saya juga sependapat dengan tim penyelaras Merpati. Bahwa dari belajar pengalaman maskapai swasta menggunakan Sukhoi di Indonesia yang lalu faktanya kurang sukses,” ungkap dia sebagaimana dalam keterangan tertulisnya dikutip, Ahad, 21 Oktober 2018.

Pasalnya, lanjut dia, market demand (permintaan pasar) di Indonesia dinilai kurang bisa menerima pesawat komersial produksi dari Rusia tersebut. Namun jika itu diperuntukkan untuk pesawat tempur militer, maka selama ini militer Indonesia tidak ada masalah.

Baca Juga:  Pembangunan KIHT: Investasi untuk Lapangan Kerja Berkelanjutan di Sumenep

Baca Juga:
Kasus Merpati, Bail Out Bisa Dilakukan Untuk Menyelamatkan Maskapai
Kasus Merpati, Pengamat: Malu Kita Tidak Bisa Merawat Peninggalan Soekarno
Jangan Biarkan Garuda Mengikuti Jejak Merpati

Bila menggunakan pesawat komersial Russia Sukhoi, perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain pertama, mengenai rating para pilotnya. Kedua, mengenai ketersediaan simulator. Ketiga ketersediaan cabin crew lisence Sukhoi. Kemudian keempat mengenai team mekanik lisence rating Sukhoi.

Pada tataran ini, biasanya bisa menjadi cost center (biaya utama) yang cukup besar seperti Garuda Indonesia, pada awal awal mengoperasikan pesawat komersial buatan Canada, yakni CRJ Bombardier mendapat banyak yang komplain.

“Mulai dari pilot yang minim, kemudian latihan simulator harus dilakukann di negara Eropa. Selanjutnya cabin crew yang juga terbatas. Intinya cost center untuk CRJ Bombardier saat itu menjadi salah satu yang memusingkan bagi Garuda Indonesia,” ujarnya.

Nah, untuk kasus Merpati air bila mau lepas landas lagi, kata Arista, maka perlu dilakukan mitigasi awal tentang cost pesawat komersial Sukhoi. “Agar tidak menjadi blunder manajeman baru Merpati kelak,” tegasnya.

Baca Juga:  Pengentasan Kemiskinan di Madura, Inilah Cita -Cita Luman Menang Pilgub Jawa Timur

Editor: Romadhon

Related Posts

1 of 3,050