Anak-anak korban serangan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi
NUSANTARANEWS.CO –Kelompok perlawanan Houthi mampu melawan serangan brutal pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi. Sejak serangan udara membabi buta oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang di dukung AS mulai membom bardir Yaman – anak-anak tewas terkena bom, peluru, dan kelaparan. New York Times, melaporkan bahwa serangan koalisi Arab Saudi telah menewaskan lebih dari 6.500 orang, dan 2,5 juta rakyat Yaman menjadi pengungsi.
Negeri Yaman berada dalam pemusnahan. Pangeran Salman, arsitek utama perang Saudi di Yaman, sekarang menghadapi kenyataan bahwa gerakan Houthi mampu bertahan bahkan di tengah pembantaian paling brutal yang dilakukan di sana. Bukan itu saja, koalisi pimpinan Saudi bahkan melakukan blokade komprehensif di Yaman – menutup jalan, pelabuhan udara dan laut yang secara efektif telah membuat negara itu terisolasi dari dunia luar.
Sementara itu pesawat tempur Saudi dan regu pembunuh bayaran terus menteror dan membunuhi rakyat Yaman. Negeri Yaman sedang menuju pemusnahan masal paling kejam di abad 21.
Menurut UNICEF, konsekuensi dari blokade terbaru ini telah menghancurkan Yaman secara sistematis. Bahkan setiap sepuluh menit, seorang anak balita di Yaman meninggal akibat situasi perang yang dilancarkan oleh Saudi.
Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa Yaman akan menghadapi kelaparan terbesar di dunia dalam beberapa dekade – lebih mengerikan dari kelaparan di Sudan Selatan dan Somalia pada awal tahun ini – jika koalisi pimpinan Saudi tidak membuka blokadenya.
Dari 28 juta penduduk Yaman, sekitar 20 juta terancam kelaparan dalam jangka panjang,” kata seorang pejabat PBB.
Kelaparan bukan satu-satunya dampak buruk dari blokade Saudi. Selama tiga tahun perang, Yaman telah menderita wabah kolera terbesar, penyakit mematikan yang sebenarnya hampir punah oleh pengobatan modern.
Epidemi kolera Yaman, telah menimpa lebih dari 900.000 orang sebagai akibat rusaknya infrastruktur air dan perawatan kesehatan yang dihancurkan oleh pesawat tempur koalisi Saudi sebagai target yang disengaja. Dengan memblokir akses terhadap air bersih dan persediaan medis, Saudi telah membiarkan epidemi tersebut menjalar dan menyebar membunuh lebih banyak rakyat Yaman.
Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa, perang Yaman yang dipimpin oleh Saudi tidak akan mungkin terus berlanjut bila tidak di dukung oleh AS. Dengan kata lain, AS dan Inggris sangat mendukung pembantaian rakyat sipil di Yaman .
Selama melancarkan perang di Yaman, Saudi dan AS telah menuduh kelompok Houthi sebagai bagian dari proxy war Republik Islam Iran. Padahal perlawanan Houthi telah dimulai sejak tahun 2004 di pedesaan Yaman utara. Terinspirasi oleh teologi pembebasan Hassan Nasrallah dari Hizbullah, Houthi terbentuk dengan tujuan mengusir imperialisme AS, dominasi Saudi dan penguasa boneka mereka.
Saat ini, kelompok perlawanan Houthi memimpin sebuah front persatuan melawan koalisi monarki Teluk yang berusaha menguasai Yaman dengan kekerasan. Penguasa Yaman yang terguling Ali Abdullah Saleh, yang pernah menjadi sekutu AS dan Arab Saudi, telah bergabung dengan front persatuan bersama dengan unsur-unsur di selatan negara tersebut. Bersama-sama mereka membentuk front persatuan melawan perang yang didukung oleh AS di Yaman. (Aya)