Mancanegara

Pada 10-11 Juni Perang Enam Hari Berakhir

Pasukan Israel dalam Perang Enam Hari atau Perang Israel-Arab 1967. (Foto: Ist)
Pasukan Israel dalam Perang Enam Hari atau Perang Israel-Arab 1967. (Foto: Ist)

NUSANTARANEWS.CO – Pada tanggal 10 Juni tercatat dalam sejarah sebagai hari berakhirnya Perang Enam Hari yang melibatkan Israel melawan Mesir, Yordania dan Suriah pada tahun 1967. Perang Enam Hari ini juga dikenal sebagai Perang Arab-Israel 1967 karena negara-negara Arab mengeroyok Israel dengan kekuatan gabungan.

Namun perang melawan Israel melawan Mesir dan Yordania tercatat hanya berlangsung kurang dari enam hari atau berkecamuk selama 132 jam 30 menit yang dimulai pada 5 Juni 1967. Sedangan Perang Enam Hari penuh benar-benar terjadi di front Suriah.

Pada perang melawan Yordania, Israel berhasil merebut Yerusalem Timur, Jalur Gaza dan Tepi Barat. Sedangan ketika melawan Mesir, negara Zionis itu sukses merebut Semenanjung Sinai. Dan perang di Suriah, Dataran Tinggi Golan jatuh ke tangan militer Israel dan kemudian diduduki sampai saat ini yang terus memicu konflik terbuka militer Israel dengan Suriah di daerah sengketa ini. Dunia internasional tak pernah mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah kekuasaan Israel.

Baca Juga:  Ecuador Suspends Recognition of Polisario Militia

Wilayah Dataran Tinggi Golan merupakan bagian dari kegubernuran Quneitra, Suriah yang terletak di atas 1.010 meter permukaan laut. Mengutip Wikipedia, Quneitra didirikan oleh Kekaisaran Ottoman sebagai tempat persinggahan kafilah yang menuju ke Damaskus. Setelah itu kota ini menjadi kota garnisun dengan penduduk sebesar 20.000 jiwa yang tempatnya strategis di dekat garis gencatan senjata dengan Israel.

Sejak tahun 1967, Israel telah menduduki Dataran Tinggi Golan. Israel merebut 1.200 kilometer persegi dari Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.

Tel Aviv kemudian mengumumkan penggabungan wilayahnya di kawasan tersebut pada tahun 1981 silam, di mana keputusan tersebut dikutuk oleh PBB.

Perang Enam Hari pada 1967 ini kemudian terus mempengaruhi geopolitik kawasan Timur Tengah sampai hari ini. Sementara, Israel terus berusaha menentukan takdir geopolitiknya di kawasan Timur Tengah di bawah bayang-bayang dendam negara-negara Arab yang kalah dalam Perang Enam Hari.

Baca Juga:  EU High Representative Reaffirms ‘Immense Value’ of Strategic Partnership with Morocco

Perang Enam Hari tahun 1967 berakhir dengan gencatan senjata. Perang benar-benar berhenti, terutama di front Suriah terjadi pada 11 Juni 1967 setelah kedua belah pihak menandatangani perjanjian gencatan senjata.

Mesir tercatat melakukan negosiasi dengan Israel untuk meminta kembali wilayahnya di Semenanjung Sinai yang sebelumnya berhasil direbut Israel.

Berbagai sumber menyebut Perang Enam Hari pada 1967 dimenangkan Israel. Mesir, Yordania dan Suriah yang mengerahkan kekuatan penuh guna menghadapi Israel justru keok. Padahal, menurut catatan Mesir mengerahkan 15 ribu tentara, Suriah 2.500 tentara dan Yordania 6.000 tentara, sementara Israel sebanyak 983 tentara.

Data lain dari Wikipedia menyebut Mesir mengerahkan 240 ribu tentara, sedangkan gabungan Suriah, Yordania dan Mesir -termasuk Lebanon dan Irak- sebanyak 307 tentara. Kemudian, 957 pesawat tempur terlibat dalam peperangan dan 2.500 tank.

Sementara Israel mengerahkan 264 ribu tentara, 300 unit pesawat tempur dan 800 unit tank.

Di pihak Israel sekitar 1.000 tentara tewas, 2.563 terluka, 15 ditangkap dan 46 unitr pesawat rontok. Sedangkan tiga negara lawan Israel menderita sebanyak 21 ribu tentara tewas, 45 ribu terluka, 6000 ditangkap dan lebih dari 400 unit pesawat musnah.

Baca Juga:  Pengerahan Sistem Pertahanan THAAD di Israel Picu Eskalasi di Kawasan Regional

Penulis: Banyu Asqalani (Berbagai Sumber)

Related Posts

1 of 3,050