NUSANTARANEWS.CO – Cina telah menempatkan pesawat tempur canggih J-10 dan J-11 di sepanjang perbatasan untuk menghadapi ancaman India, sementara India sendiri tengah mendatangkan kembali setengah lusin helikopter AH-64 Apache yang baru dari Amerika Serikat (AS).
Media pemerintah Cina melaporkan bahwa Beijing telah menggelar jet-jet canggih di sepanjang perbatasan dengan India. Global times melaporkan bahwa, Cina tengah meningkatkan Komando Militer Baratnya untuk menghadapi ancaman dari India.
Seperti telah diberitakan, sejak insiden Doklam tahun lalu, India telah meningkatkan kekuatan tempur angkatan udaranya di sepanjang perbatasan dengan menggelar Su-30 MKl dan rudal jelajah BrahMos – tepatnya di pangkalan udara Siliguri Bagdogra dan Hasimara yang sebelumnya hanya di huni oleh helikopter dan pesawat tempur MiG-27ML.
Kementerian Pertahanan India juga telah menyetujui dana untuk membeli AH-64 Apache baru untuk melengkapi tiga skuadron Apache di sepanjang perbatasan India-Cina dan India-Pakistan. Sebelumnya, pada bulan September 2016, Delhi dan Paris juga telah menandatangani kesepakatan senilai US$ 8,7 miliar untuk pembelian tiga puluh enam pesawat tempur Rafale dari Prancis.
Menurut media India, setengah dari pesawat tempur Rafale tersebut akan ditempatkan di Pangkalan Angkatan Udara Hasimara dekat Cina, dan setengahnya lagi di perbatasan dengan Pakistan. Militer India membutuhkan Rafale untuk meningkatkan kemampuan serangan jarak jauh mereka.
Seperti diketahui Cina dan India memiliki perbatasan sepanjang 3.500 kilometer yang telah lama menjadi sumber ketegangan kedua negara bertetangga tersebut. Delhi dan Beijing sempat terlibat pertempuran singkat di perbatasan pada bulan Oktober 1962. Sejak itu, secara periodik perang terus berlanjut hingga hari ini.
Krisis terakhir adalah insiden di wilayah Doklam pada tahun lalu dan sempat terjadi baku tembak diantara kedua belah pihak, termasuk kejadian serupa di wilayah Arunachal Pradesh menyusul serangan yang diduga dilakukan oleh tim pembangunan jalan Cina.
Kedaulatan atas wilayah tersebut sebenarnya disengketakan oleh Cina dan Bhutan yang merupakan sekutu India. Delhi mengerahkan pasukan ke daerah tersebut untuk mendukung Bhutan. Di balik itu, India bagaimanapun merasa khawatir dengan proyek jalan Cina tersebut yang akan memungkinkan Beijing memotong sebagian besar wilayah India dari negara-negara bagian timur lautnya yang terpencil. Demikian pula terhadap wilayah Kargil yang menjadi krisis antara India dan Pakistan.
Ke depan tampaknya krisis akan terus berlanjut, bahkan bisa lebih berbahaya. Penempatan pesawat tempur canggih Cina di Komando Militer Barat jelas merupakan sebuah pesan kepada India. Penumpukan pasukan dan penggelaran alutsista di perbatasan mengindikasikan bahwa kedua belah pihak percaya ketenangan hanya sementara. (Banyu)