Berita UtamaMancanegara

India Masuk Perangkap Cina di Doklam

NUSANTARANEWS.CO – Peristiwa konflik perbatasan India-Cina atas Doklam hari ini, seakan “dejavu” pertempuran perbatasan tahun 1962, yang dimenangkan oleh Cina karena ketidaksiapan India mengambil alih wilayah yang disengketakan tersebut. Akibat insiden perbatasan tersebut, beberapa tahun belakangan ini, tensi hubungan India-Cina terus meningkat dengan bermacam alasan. Salah satunya adalah kemenangan nasionalis sayap kanan, Narendra Modi yang mendorong meningkatnya hubungan bilateral Cina dan Pakistan.

Setengah abad lalu, Beijing berhasil mempermalukan India. Tampaknya, Presiden Xi akan melakukan hal yang sama pada saat ini, tapi secara diplomatis. Langkah awal Xi, adalah dengan membangun konstruksi jalan di wilayah yang disengketakan dengan Bhutan. Ini jelas provokasi. Sehingga terjadi sengketa perbatasan antara Cina dan Bhutan, tapi bukan tentara Bhutan yang muncul berhadapan dengan Tentara Komunis Cina – melainkan pasukan India. Militer Bhutan yang mungil tidak mungkin menghadapi militer Beijing. Dengan demikian, New Delhi telah masuk perangkap Beijing, ketika membela sekutunya.

Sementara, India tidak memiliki klaim atas Doklam, yang berarti mereka telah menduduki Bhutan atau menyerang Cina, tergantung bagaimana perselisihan tersebut berkembang. Yang jelas India telah terkena provokasi Cina di Doklam, sehingga terbentuk irisan mereka bertiga. “Masalah perbatasan Cina-Bhutan adalah massalah internal antara Cina dan Bhutan, tidak ada hubungannya dengan India,” kata Kementerian Luar Negeri Cina pada awal Agustus lalu. “India tidak memiliki hak untuk melakukan tuntutan teritorial atas nama Bhutan.” India tidak hanya “melanggar kedaulatan Cina” tetapi juga “menantang kedaulatan dan kemerdekaan Bhutan,” demikian seperti dilansir sputnik.

Perangkap Beijing ini, boleh dibilang merupakan strategi dan taktik Cina untuk memisahkan India dari sekutu regionalnya. Di sini, Cina memainkan kekuatan ekonominya untuk menarik negara-negara Asia yang lebih kecil ke dalam orbitnya. Misalnya Nepal, yang kemudian lebih condong ke Beijing karena kelebihan Cina tersebut. Apalagi partai Maois Nepal menguasai 82 dari 601 kursi parlemen Nepal – sehingga pemerintah koalisi sayap kiri, dan Cina berhasil menandatangani kesepakatan untuk membangun bandara, panel surya, jembatan, dan perkeretaapian di Nepal.

Baca Juga:  Harlah Ke-17 PK PMII Pragaan dan BNI Berbagi Kebagiaan kepada Anak Yatim di Bulan Ramadan

Beijing juga telah memperkuat hubungan dengan Kolombo, terutama dengan memberi konsorsium Cina untuk membangun kota pelabuhan di Hambantota – sebuah kota pelabuhan yang akan menjadi pusat komersial utama, dan sebagai gantinya, Cina mengubah hutang besar Sri Lanka menjadi ekuitas. Penguasaan Cina terhadap pelabuhan terbesar kedua Sri Lanka tersebut, telah menempatkan Sri Lanka menjadi bagian dari sabuk Cina yang mengepung dan mengisolasi India dari sekutu-sekutunya.

New Delhi yang menyadari bahwa mereka telah kena perangkap Beijing, segera mengeluarkan pernyataan bahwa, “Akan ada solusi dari masalah Doklam segera … saya ingin menceritakan semua Tetangga bahwa India menginginkan perdamaian, bukan konfrontasi apapun.” Kata Menteri Rajnath Singh Singh memberikan komentarnya dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Polisi Perbatasan Indo-Tibet. “Saya yakin bahwa China, pada bagiannya, akan melakukan langkah positif dan sebuah resolusi akan ditemukan.” Singh melanjutkan bahwa India mungkin bisa “mengubah teman, tapi tidak bisa mengubah tetangga” dan karena itu hubungan baik dengan Cina sangat penting.(Banyu)

Related Posts

1 of 35