NUSANTARANEWS.CO – Presiden Brasil Michel Temer akhirnya mempercayakan komando atas kepolisian di Rio de Janeiro diserahkan kepada aparat militer untuk mengekang kejahatan intensif dan meningkatnya kekerasan di negara bagian tersebut. Diketahui, warga Brasil berbulan-bulan mengalami kekerasan dari kelompok-kelompok kriminal yang memburu para wisatawan dan melakukan perampokan.
Presiden Brasil Michel Temer, dikutip New York Time, pada Jumat (16/2) memerintahkan militer untuk mengendalikan keamanan publik di negara bagian, Rio de Janeiro.
Keputusan tersebut dibuat setelah dua hari berakhirnya perayaan Karnaval, ketika 1,5 juta wisatawan datang ke Rio. Puluhan wisatawan mengalami perampokan massal, penjarahan hingga terjadi aksi saling tembak antara kepolisian dan geng narkoba.
Menurut statistik dari pemerintah negara bagian Rio, kekerasan mematikan di Rio de Janeiro telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan peningkatan 10% dalam kasus pembunuhan sejak 2016 dan naik drastis 26% sejak 2015. Setiap hari, terjadi baku tembak hebat di Rio, dan kekerasan telah mulai mempengaruhi daerah yang dikenal kaya ini.
(Baca juga: Mencermati Gejala Negara Gagal)
Diserahkannya urusan keamanan publik kepada militer merupakan intervensi federal pertama negara Brasil setelah kembali ke sistem demokrasi pada tahun 1980-an. Menurut Temer, upaya ini semata hanya untuk memperbaiki stabilitas keamanan yang memburuk karena maraknya kejahatan.
Meskipun militeir akan mengendalikan keamanan, Gubernur Luiz Fernando Fezao tetap menjalankan pemerintahannya di negara bagian Rio de Janeiro.
Polisi akan tetap dilibatkan dalam seluruh agenda pengamanan dan memerangi kejahatan. Namun, komando dipegang militer. Ini sekaligus menjadi langkah politik Temer, mengingat sebuah jajak pendapat menyebutkan bahwa 38 persen warga Brasil memilih pemimpin yang lebih mengutamakan keamanan publik.
Ambil alih militer untuk memperbaiki stabilitas keamanan di Rio mungkin berlangsung lama. Pasalnya, tindak kejahatan sudah sangat marak dan dilakukan secara sistematis. “Memerangi kejahatan terorganisir memerlukan tindakan efektif oleh pemerintah di bidang ekonomi dan sosial, untuk membuat perdagangan narkoba kurang menarik di daerah di mana sebagian besar populasi bergulat dengan pengangguran,” kata komandan tertinggi militer Jenderal Eduardo Villas Boas dikutip NYT.
Ia menyebutkan, meskipun militer memegang kendali, pengembalian stabilitas keamanan butuh waktu panjang.
Seperti diketahui, setelah Brasil menyelenggarakan Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016, para pejabat membuat rencana ambisius untuk mengubah distrik-distrik miskin yang telah lama menjadi pusat geng obat bius dengan mengadopsi model pemolisian masyarakat yang bertugas membuka sekolah, sanitasi, perawatan kesehatan dan memerangi pengangguran. Sayangnya, rencana tersebut justru tidak berhasil dan korupsi semakin meluas. Alhasil, Brasil mengalami resesi panjang yang membuat negara bagian Rio de Janeiro diwarnai kejahatan yang sangat massif.
Sekadar informasi tambahan, Senat Brasil pada tahun 2016 lalu memakzulkan Dilma Rousseff, Presiden perempuan pertama di Brasil dan melantik Wakil Presiden, Michel Temer menjadi Presiden. Dilma Rousseff dipecat oleh Senat lewat pemungutan suara. Sebanyak 61 senator mendukung pemecatan dan 20 senator menolak. Dilma dipecat oleh Senat karena dinyatakan bersalah memanipulasi anggaran nasional dari bank-bank pemerintah pada tahun 2014 untuk menutupi defisit ‘jumbo’ pengeluaran publik terkait penyelenggaraan Sepakbola Dunia 2014 dan Olimpiade Rio 2016 sehingga Brasil mengalami resesi ekonomi terburuk dalam satu dekade terakhir. (red)
Editor: Eriec Dieda