Budaya / SeniPuisi

Sangkolan Arek Lancor

Puisi Sugik Muhammad Sahar

 

AREK LANCOR

I

Di tugu itu . ..

Aku ingin mencari akar dan jejak

Di antara tajam dan kilat mata serdadu

Bekas anak-anak pagi main perang-perangan

Dengan petasan bambu, juga katepel kayu

Celurit ini punya siapa?

 

II

Di pantai itu . ..

Jangan sebut lagi lautan garam

Meski berabad-abad bulir-bulir mutiara

Tertimbun sebagai madu segara

Ah, sudah kuduga

Tak elok lagi menjadi puisi, apalagi prosa

Lalu kita berkata: kenang lah sebagai yang lampau

 

III

Tak ada berita kemenangan hari ini

Koran-koran mengabarkan duka

Ada bekas cambuk paku di halaman pertama

Melukai punggung sapi kerapannya

Tersebab sederhana saja

Lupa dipasang selendang di kepala

 

IV

Anak-anak pagi dengan seragam sekolah

Kulihat pistol bamboo di tangan sebelah

Yang pelurunya telah dibacakan mantra serapah

Menembus petak sawah

Menembus luhur tanah

Tapiyang luka adalah kau dan aku

 

Pamekasan 2017

 

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

 

SANGKOLAN

 

Siapakah dalam nestapa berani

Merindukan syair-syair negeri sendiri

Sudahlah, tak perlu lagi kau dengarkan sajak kusam ini

Selipkan saja di kain kafan para petani

Sebelum pesan benar-benar disudahi

Padahal kau tak tuli

Sudahlah, di tanah itu

Jangan sebut lagi ladang tembakau

Yang pada tiap tangkai emasnya

Hanya mampu ditebus tengkulak keringat

Padahal kau melihat

 

Di luar sana

Anak-anak sibuk membuat layangan

Aku ingin menerbangkan cita-cita, katanya

Tapi mereka sudah terlanjur mabuk

Dari gelas-gelas anggur yang kau tuang ke bubung mimpi

Dan membuat simpul mata tali

Putus sebelum benar-benar meninggi

 

Kampung dikepung

Gunung digulung

Sumsum dipasung

Adakah yang mampu menyempurnakan

Sabit jadi purnama, ah

 

Ada kata yang tersekap di pintu Suramadu

Mungkin itu rindu, membeku

Tapi kita tetap berangkat menuju hulu

Menggantinya dengan poster berwajah gentayangan

Menguburnya dengan aneka isyarat perjanjian

Bahwa: Tidak ada yang menanti siapapun

              Kita akan pergi sendiri

              Menggulung angan sendiri

              Menemukan diri sendiri

              Kusut dengan penyesalan yang tak mampu diperbaiki

 

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Sangkolan ini hanyalah basi igauan

Di saat mana kita selesai makan

 

Pamekasan 2017

Sugik Muhammad Sahar lahir di Pamekasan, 30 Mei 1985 Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan 69382. Alumnus Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Madura. Menulis puisi menggunakan bahasa Indonesia  dan bahasa Madura. Tahun 2017 karya-karyanya pernah dipublikasikan di: Radar Madura, Sastra Sumbar, Padang Ekspres, Jawa Post, Haluan Padang, Banjarmasin Post dan lainnya. Antologi bersama penyair lain: Kumpulan Puisi “Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata” Bangkalan Madura 2017. Saat ini mengabdi di Lembaga Ponpes Al-Hasan Putri.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 121