NUSANTARANEWS.CO – Pada bulan November 2017 lalu, dunia dikejutkan dengan penangkapan sejumlah pangeran, mantan menteri dan pengusaha di lingkungan Kerajaan Arab Saudi. Penangkapan ini dibarengi dengan perombakan kabinet mendadak yang dilakukan komisi anti-korupsi yang baru saja dibentuk dan dipimpin Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman, atau yang dikenal di barat dengan sebutan MBS.
Komisi anti-korupsi buatan MBS ini merupakan kata sandi untuk melakukan penangkapan dan penahanan terhadap 11 pangeran, 4 menteri yang masih menjabat dan puluhan mantan menteri lainnya yang sejak salam setia dengan Kerajaan Saudi.
Di antara tokoh-tokoh penting yang ditangkap dan ditahan tersebut ialah Pangeran Miteb bin Abdullah, Adel Fakieh, Pangeran Alwaleed bin Talal, Ibrahim al-Assaf, Pangeran Turki bin Abdullah, Khalid al-Tuwaijiri, dan Bakr bin Laden.
Lantas siapa yang memimpin penangkapan para elit Kerajaan Saudi tersebut?
Jawabannya adalah Mohammed bin Salman (MBS). Ia diketahui menggunakan pasukan khusus untuk menangkap dan menahan para pejabat senior tersebut.
Pasukan khusus tersebut bernama Brigade Al-Ajrab Sword. Tak hanya menangkap, pasukan elit kerajaan ini juga digunakan untuk menekan perbedaan pendapat dalam keluarga Kerajaan Saudi.
#Saudi Elite force, named Al Ajrab Sword Brigade, arrested 11 Saudi princes https://t.co/zSnlb21cBo pic.twitter.com/IiIEg0IRHA
— حسن سجواني 🇦🇪 Hassan Sajwani (@HSajwanization) January 6, 2018
Menurut laporan media Saudi, Brigade Pedang Al-Ajrab ini telah ditugaskan MBS untuk menangkap 11 Pangeran Saudi tahun 2017 lalu. Sebelum bereaksi, pasukan elit ini dikumpulkan MBS di Riyadh.
Dikutip Al Jazeera, brigade ini dinamai pedang Imam Turki bin Abdullah Al Saud, pendiri negara Saudi. Konon, nama tersebut merujuk pada pedang Imam Turki yang ditemukan ada karatan pada bilahnya. Pedang ini kemudian dimunculkan di bendera Saudi di bawah ungkapan “tawheed“, yang berarti “tidak ada Tuhan selain Allah”.
Pedang ini sebelumnya berada di Bahrain selama lebih dari 150 tahun sebelum Raja Hamad bin Isa Al Khalifa (Raja Bahrain) menyerahkannya kepada mendiang Raja Saudi Abdullah bin Abdulaziz pada tahun 2010.
Namun begitu, Brigade Pedang Al-Ajrab merupakan pasukan elit Kerajaan Saudi yang dibentuk setelah Salman bin Abdulzaiz menjadi Raja Arab Saudi pada Januari 2015 silam. Brigade ini beranggotakan lebih dari 5.000 personil dari jajaran militer di tiga satuan: pertahanan udara, angkatan laut dan Royal Guard. Personilnya adalah mereka yang terpilih. Mereka diawasi MBS dan menerima pelatihan militer lanjutan di antaranya stunt, parasut, kontra huru hara, sniping, renang militer atau tempur (frogmen) dan bahan peledak. Di Royal Guard, mereka juga menjadi bagian dari pasukan khusus.
Brigade Pedang Al-Ajrab ini ditugaskan tidak saban waktu. Para aktivis mengatakan mereka akan ditugaskan untuk menangani kasus-kasus sensitif yang berhubungan dengan kerajaan. Namun, mereka bekerja sama dengan sektor keamanan lainnya, sementara Royal Guard bertugas memberikan keamanan dan perlindungan kepada raja, putra mahkota dan anggota VIP di dalam dan luar negeri.
Salah satu misi yang diketahui telah berhasil dilakukan Brigade Pedang Al-Ajrab ialah menangkap para pejabat senior kerajaan yang dituduh melakukan korupsi. Kebijakan ini sempat menimbulkan gejolak karena adanya aksi demonstrasi yang menentangnya, terutama ditangakpanya mantan Putra Mahkota Mohammed bin Nayef. (red)
Editor: Eriec Dieda