NUSANTARANEWS.CO – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dalam rilisnya menyebut setidaknya ada tiga ancaman sebagai badai besar yang tengah membayang-bayangi partai Golkar di pemilu (pemilihan umum) 2019 mendatang.
Ancaman pertama, partai berlambang pohon beringin adalah pertama kali dalam sejarah, Golkar akan menjadi partai nomer tiga, setelah PDIP dan Gerindera.
Prediksi LSI ini mengacu pada hasil survei yang dilakukan pasca Setya Novanto terciduk KPK sebagai tersangka untuk kedua kalinya dalam kasus e-KTP. Dalam survei LSI, partai Golkar terus mengalami tren penurunan elektabilitas.
Tren menurunnya tingkat kepercayaan publik ini terpantau sejak Oktober 2016 yang semula 15,6 persen berubah menjadi 13,6 persen pada Mei 2017.
Namun badai benar-benar menghantam Golkar setelah sang Ketua Umum tersandung masalah dengan KPK terkait skandal e-KTP jilid II. Dimana elektabilitas Golkar mengalami terjun bebas menjadi 11,6 persen.
Sesuai survei LSI, hasilnya mengejutkan. Dimana Golkar yang selama ini dikenal sebagai partai besar nomor satu di Indonesia, terancam akan menjadi partai nomer tiga atau empat dari daftar partai-partai besar di Indonesia.
Adapun rilis survei LSI Denny JA berdasarkan simulasi pasca Novanto menjadi tersangka KPK untuk kedua kali menemukan, elektabilitas partai di posisi pertama diduduki PDIP dengan jumlah 24,2 persen. Disusul di urutan kedua Gerindra dengan poin 13,4 persen.
Sementara Golkar hanya memperoleh 11,6 persen. Posisi tiga ini, lanjut Denny JA bisa tergeser sewaktu-waktu oleh Partai Demokrat yang berada di peringkat empat dengan raihan poin 5,9 persen serta PKB dengan jumlah tipis yakni 5,2 persen.
Atas dasar itulah ancaman terburuk dalam sejarah Golkar tampaknya menanti di Pemilu 2019 mendatang.
Golkar Krisis Figur
Ancaman kedua terhadap partai Golkar menurut hasil survei LSI adalah Golkar terancam krisis figur atau tokoh yang kuat.
Dengan menggunakan sampel pertanyaan, jika pemilu presiden dilakukan hari ini, dari beberapa nama yang diajukan LSI tak ada figur dari Golkar yang masuk.
Dalam survei tersebut LSI mempublis, Joko Widodo mendapat poin tertinggi 38,4 persen. Di posisi kedua ada sosok Prabowo Subianto dengan jumlah 24,6 persen, disusul Gatot Nurmantyo 7,5 persen, Anies Baswedan 4,9 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono sebanyak 31,2. Sisanya yang lain-lain sebesar 4,1 persen. Sementara yang masih merahasiakan pilihannya sebanyak 17,3 persen.
Dengan demikian, sesui surveu LSI Denny JA dari lima nama calon presiden terkuat, tidak ada satu tokohpun yang berasal dari partai dengan warnai dominan kuning tersebut.
Sosok atau figur dari Golkar tak masuk dalam penjaringan jejak pendapat tersebut.
Berikutnya ancaman yang terakhir atau yang ketiga adalah Golkar di Pilpres 2019 mendatang terancam hanya akan menjadi partai penggembira. Atau memincam istilah yang dipakai Denny JA sebagai ‘tim penyanyi latar’. Artinya Partai Golkar tak memiliki standing position atau bergaining yang kuat.
Pewarta/Editor: Romandhon