NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – DPRD Jawa Timur (Jatim) mendorong agar generasi muda di Jatim untuk melakukan gerakan kembali ke desa dan bertani. Hal ini dikarenakan lahan pertanian di Jatim sudah mulai berkurang, sehingga perlu peran generasi muda untuk memperhatikannya.
Saat ini, tak sedikit para pemuda yang telah menyelesaikan studinya di kampus-kampus ternama di kota-kota besar justru enggan kembali ke kampung halamannya di desa. Sebuah data menyebutkan bahwa pada 2025 laju urbanisasi diprediksi bakal mencapai 68 persen. Pemuda yang sudah sekian lama merantau untuk mengenyam pendidikan dan pengalaman, yang memiliki kapasitas inovatif, leadership, dan manajemen justru memilih kota sebagai tempat pengembakan kemampuan dan mencari oenghidupan. Padahal, kemampuan yang telah dimiliki usai mengeyam pendidikan di kota dapat diandalkan menjadi lokomotif desa-desa.
- Indonesia Terancam Kehilangan Petani
- Gairah Membaca di Perbatasan Indonesia-Malayasia, Tua-Muda Kompak Menjadi Penggerak Literasi
- Desa Adalah Masa Depan Bagi Komunitas Druze
- Tarian Kolosal “Penari Langit” di Desa Tanarara
- Apakabar Program Jam Wajib Belajar Pukul 18:00-21:00?
- Masihkah Bangsa Indonesia Ingat Tinggal Landas?
- Globalisasi Gelombang III, Desa Sebagai Epicentrum Peradaban
- Pemuda Pancasila Harus Berada di Garda Terdepan Gerakkan Produktivitas Masyarakat
“Sudah saatnya anak muda kembali ke desa untuk mengabdi di dunia pertanian,” kata anggota Komisi B DPRD Jatim Noer Soetjipto saat ditemui di kantornya, Selasa (26/9/2017).
Politisi asal Partai Gerindra ini mengatakan dari data yang ada di pulau Jawa, petani menggarap sawah seluas 0,25 ha dengan rata-rata menghasilkan gabah 1,5 ton.
“Pemerintah harus membuat kebijakan agar generasi muda mau mencintai dunia pertanian dengan luasan garap sawah tersebut,” kata dia.
Ditambahkan Noer Soetjipto, dirinya juga mengkritik dalam UU No 23 tahun 2014 tentang lahan pertanian sebagai lahan alternatif.
“Padahal, kondisi Indonesia agraris. Kami berharap UU tersebut dikaji kembali ,” tutupnya. (ed)
Pewarta: Tri Wahyudi / Editor: Eriec Dieda