NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wafatnya Mantan Kasatkornas Banser Periode 1997-2000, Muhammad Asrofudin Budianto (Mbah Wongso) pada Kamis (31/8) lalu menyisakan duka yang mendalam bagi segenap warga NU, khususnya Banser dan Ansor. Pasalnya, mbah wongso dikenal sebagai sosok pribadi yang gigih, tangguh, displin, dan tegas selama memimpin Banser.
Kepala Satuan Koordinasi Nasional (Kasatkornas) Banser NU, Alfa Isnaeni menyatakan selama kepemimpinan Mbah Wongso periode 1997-2000), beliau mampu menggabungkan karakter dasar Banser yang harus disiplin, berkemampuan bela negara, kemudian bercirikan kerakyatan dengan pemahaman akidah Islam yang dianut oleh Banser, yaitu Islam aswaja serta menjadi sebuah kurikulum pendidikan dan latihan dasar Banser.
“Sungguh beliau mampu meletakkan kerangka ber-Banser yang benar dan terdokumentasikan secara administrasi. Sehingga muncul istilah, Banser adalah kader inti Gerakan Pemuda Ansor yang berwatak kerakyatan sebagai perintis, penggerak, pengemban sekaligus penjaga program-program Gerakan Pemuda Ansor,” ungkap saat di hubungi oleh nusantaranews, Jakarta, Minggu (3/9).
Alfa melanjutkan, Mbah Wongso merupakan seorang komandan Banser Nasional yang memiliki watak mempertahankan NKRI dari ancama dan rongrongan dari berbagai pihak. Mbah Wongso juga seorang tauladan bagi pasukan dan orang di sekelilingnya.
“Misalnya, bahwa menanamkan kedalaman niat ber-Banser. Beliau sering mengatakan bahwa Banser tidak digaji dan tidak ada yang menggaji, pakaian beli sendiri, untuk itu niatkanlan ber-Banser sebagai benteng ulama sekaligus menjaga NKRI,” kenag Alfa.
“Sehingga ketika Banser membentengi ulama, dapat dimaknai membentengi ajaran ulama dan kiai, khususnya ajaran para kiai NU,” sambungnya.
Menurut Alfa, Mbah Wongso selalu meniatkan setiap yang ia lakukan untuk menjaga warisan kiai. Karena menurut beliau, berdirinya NKRI tidak terlepas dari jasa para kiai. Doktrin tersebut beliau àjarkan juga dengan keteladanan dam dengan selalu menghormati sekaligus takdzim kepada para kiai.
Selain itu, Mbah Wongso juga mengajarkan kepada seluruh anggota banser tentang kesederhanaan dalam menjalani hidup. “Dengan kesederhanaan yang melekat pada diri beliau, sehingga niat sebagai komitmen dan selalu menjaganya dengan kesederhanaan itu, setidaknya juga menjadi keteladanan yang dicontohkan kepada para anggota Banser, di tengah hiruk-pikuknya reformasi,” pungkasnya.
Pewarta: Syaefuddin A
Editor: Eriec Dieda