NUSANTARANEWS.CO, Marawi – Perkembangan terbaru konflik bersenjata di Marawi, Filipina dilaporkan 10 anggota militan tewas pada Senin (28/8) saat mereka berusaha menyusup ke sebuah kota di selatan yang sebagian diduduki kelompok bersenjata yang bergabung dengan ISIS.
Demikian pernyataan pejabat Filipina terkait kabar terbaru di Marawi seperti dikutip AFP. Pasukan pemerintah dilaporkan telah mengepung gerilayawan di kota Marawi selama hampir 100 hari.
Namun, anggota kelompok militan bersenjata yang mengibarkan bendera hitam ISIS menentang keras serangan militer yang menggunakan serangan udara dan tembakan artileri.
Senin (28/8) dinihari, 10 militan yang tengah berada di atas kapal motor ditangkap oleh tentara. Mereka mencoba untuk melakukan penyelinapan ke kota tepi dana untuk bergabung dengan anggota lain yang sudah berada di sana.
Diungkapkan Kepala Militer Regional, Letnan Jenderal Carlito Galvez, mayat lima orang tewas ditemukan di salah satu kapal sementara lima kapal lainnya ditemukan tengelam.
“Biarlah ini menjadi peringatan bagi mereka yang memiliki niat untuk melarikan diri dan masuk (Marawi), pasukan kita sudah siap untuk menghadapi mereka. Kami pasti akan menumpas anda,” kata Galvez.
Sebelumnya, pasukan pemerintah berhasil mencegat puluhan bala bantuan amunisi yang dibawa ke kota Marawi untuk membantu pasokan persenjataan militan.
Selain di Marawi, pasukan kelompok militan juga tersebar di seluruh kawasan Filipina Selatan yang dilanda perselisihan, penculikan untuk mendapatkan uang tebusan, bandit dan kegiatan gerilya kelompok separatis.
Militer mengatakan bahwa sejauh ini, 603 gerilyawan, 45 warga sipil dan 130 tentara telah tewas dalam pertempuran tersebut. Marawi kini sudah tampak seperti Aleppo yang dlanda perang, atau Mosul.
Baru-baru ini, anggota militan bersenjata yang dipimpin kelompok Maute telah bersumpah setia pada ISIS, mereka keluar dari daerah-daerah strategis seperti masjid dan katedral. Mereka terpisah-pisah menjadi kelompok-kelompok kecil untuk bergerilya.
Adapun hal yang memperlambat gerak maju militer menumpas kelompok militan itu ialah penggunaan bahan peledak improvisasi dan perangkap sehingga membuat pertempuran menemui kesulitan terutama di pertempuran perkotaan.
Kepala militer Filipina, Jenderal Eduardo Ano mengatakan militan yang tersisa mengkonsolidasikan diri dan mempersiapkan serangan kepada pasukan pemerintah.
“Musuh kita telah mengatakan bahwa mereka akan terus melawan sampai nafas terakhir, sehingga dengan deklarasi tersebut, kami berharap mereka benar-benar akan mati atau punah,” katanya kepada wartawan di Manila.
Menurutnya, kematian Caymora Maute dalam tahanan Minggu (27/8) lalu dapat menurunkan moral para pejuang yang tersisa. Cayamora Maute ditangkap pada bulan Juni dan diduga telah membantu putra-putranya, pemimpin kelompok Maute, dalam kegiatan gerilya mereka.
Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan darurat militer di seluruh Filipina selatan pada tanggal 23 Mei setelah pertempuran terjadi di Marawi. Status darurat militer itu diperpanjang setidaknya hingga Desember. (ed)
(Editor: Eriec Dieda)