NUSANTARANEWS.CO, Kudus – Belum lama ini, puluhan petani di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus mengikuti sosialisasi dan pelatihan pembuatan pupuk kompos berbahan limbah organik, khususnya blotong limbah pabrik gula.
Kegiatan tersebut digelar Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus (UMK). Selain para petani, acara itu dihadiri antara lain Ir. Zed Nahdi M.Sc (Dekan), Hendy Hendro HS M.Si (Wakil Dekan I), Ir. Suharijanto MP. (Wakil Dekan II), Ir. Subur Sedjati M.Sc. (Wakil Dekan III) serta dua dosen Fakultas Pertanian lain, yaitu Ir. Untung Sudjianto MS dan Ir. Veronica Kristiani MP.
Hadir pula Ir. Hadi Supriyo MS., ketua tim pengabdian masyarakat Iptek bagi Masyarakat [IbM] pembuatan kompos dari Blotong limbah pabrik gula kepala desa pada Desa Wonosoco, Setiyo Budi dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Wonosoco merangkap Desa Berugenjang, Noor Hudha Akhmada A.Md.
Hadi Supriyo mengutarakan, saat ini lahan pertanian mengalami kemerosotan kesuburan tanah dan kekurangan unsur hara. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan pupuk kimia (anorganik) secara berlebihan. ”Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, bisa membunuh mikroba tanah pembuat humus, serta membuat tanah mengeras dan rusak,” katanya.
Untuk itu, salah satu upaya yang bisa dilakukan, yaitu mengganti penggunaan pupuk kimia (anorganik) dengan pupuk hayati (organik). ”Banyak limbah di sekitar kita yang bisa dijadikan pupuk organik (pupuk kompos), di antaranya blotong limbah pabrik gula, yakni dengan menyampurkan adukan Mikro Organisme Lokal (MOL) dengan blotong itu,” jelasnya.
Sosialisasi dan pelatihan ini, terang Hadi Supriyo lebih lanjut, merupakan kegiatan pengabdian masyarakat atas support oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). ”Tujuannya, yaitu memberikan pelatihan praktis kepada petani dalam membuat kompos blotong. Kompos ini berfungsi untuk mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia, memperbaiki kesuburan tanah dan struktur tanah,” katanya.
Zed Nahdi, salah satu narasumber, memaparkan, MOL berfungsi sebagai pengurai bahan-bahan organik, dan akhir-akhir ini banyak dipergunakan dalam budidaya pertanian. MOL juga lebih ramah lingkungan dan sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan.
”MOL memiliki beragam manfaat, antara lain untuk pengomposan (peningkatan kesuburan tanah), pestisida nabati, serta perangsang pembentukan bunga dan buah. Semua bahan pembuat MOL yang diperlukan, tersedia di sekitar petani. Petani bisa membuatnya dengan mudah, biayanya murah, dan bermanfaat untuk model pertanian berkelanjutan,” tuturnya. (Ros/Red02)
Editor: Ach. Sulaiman